Page

Jumat, 10 Maret 2017

Ilmu, Teknologi, dan Kebudayaan dalam Filsafat Ilmu



BAB I
PENDAHULUAN
1.1.   Latar Belakang
Pada dasarnya ilmu, teknologi dan kebudayaan berhubungan sangat erat.dimana perkembangan ilmu dan teknologi didominasi oleh dunia Barat.Sejak abad ke-18 perkembangan itu begitu pesat yang ditandai dengan adanya revolusi industry di inggris di bawah naungan jiwa dan semangat zaman renaissance dan aufklarung. Bisa difahami bahwa kebudayaan barat pun akhirnya banyak dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi.[1]

Zaman renaissance adalah zaman yang didukung oleh cita-cita untuk melahirkan manusia bebads tanpa belenggu gereja atau agama seperti pada masa pertengahan. Manusia bebas ala renaissance itu kemudian disewasakan oleh zaman aufklarung yang ternyata telah melahirkan sikap mental manusia yang percaya akan kemampuan diri sendiri sendiri atas dasar rasionalitas dan sangat optimis untuk dapat menguasai masa depannya sehingga mendorong menjadi lebih kreatif dan inovatif. Adanya daya dorong ini mempengaruhi munculnya teknologi dari ilmu yang telah ada hingga hasilnya ilmu itumenghasilkan teknologi supra modern seperti saat ini.
Dalam perkembangannya ilmu pun menjadi aspek utama terhadap perkembangan teknologi serta kebudayaan, karena perkembangan dua unsur tersebut tidak terlepas dari perkembangan pengetahuan.

1.2.  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian pengetahuan, teknologi dan kebudayaan?
2.      Bagaimana hubungan kebudayaan dengan teknologi?
3.      Bagaimana hubungan ilmu dengan teknologi?
4.      Bagaimana hubungan ilmu dengan kebudayaan?
5.      Bagaiman hubungan antara ilmu,teknologi dan kebudayaan?
1.3.  Tujuan Penulisan
1.      Untuk mengetahui pengertian pengetahuan, teknologi dan kebudayaan
2.      Mengetahui hubungan antara kebudayaan dengan teknologi
3.      Mengetahui hubungan antara ilmu dengan teknologi
4.      Mengetahui hubungan antara ilmu dengan kebudayaan


BAB II
PEMBAHASAN
2.1.  Pengertian Ilmu Pengetahuan, Teknologi, dan Kebudayaan
Ilmu pengetahuan pada dasarnya bersumber pada rasio dan fakta. Mereka yang berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran, telah mengembangkan paham yang disebut rasionalisme. Sedangkan mereka yang menyatakan bahwa fakta yang tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran, telah mengembangkan paham empirisme. Kaum rasionalisme menyatakan alam nyata dan gaib adalah ilmu pengetahuan, sedang kaum empirisme menganggap bahwa yang nyata saja yang termasuk ilmu pengetahuan sedang yang gaib bukan ilmu pengetahuan.
Ilmu pengetahuan berdasarkan objek dapat diklasifikasikan, sebagai berikut :
1.      Objek vertikal (trancendental) yang menyangkut sang pencipta dan sifat-sifatnya, “kata-kata” sang pencipta.
2.      Objek horizontal menyangkut ciptaannya seperti manusia, alam binatang, alam tumbuh-tumbuhan, alam benda materi, dan alam jagad raya.
3.      Objek “alam rekayasa” merupakan buatan manusia.
Dari objek diatas dapat dikaji tiga hal, yaitu : 1. Studi Agama (religious studies) 2. ilmu (science) 3. Teknik dan teknologi (engineering and technology).
Menurut The liang gie, ilmu adalah rangkaian aktifitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah, sehingga menghasilkan kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman, kemasyarakatan, atau keorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh pemahaman, memberikan penjelasan ataupun melakukan penerapan.[2]

Pengertian teknologi yang sangat sederhana dan paling umum dikenal manusia adalah barang buatan manusia, adapun konsep kedua pengertian teknologi adalah kegiatan manusia yang efisien dan bertujuan jelas. Efisensi itu sendiri adalah konsep yang menunjukan perbandingan lurus antara suatu kerja dengan hasilnya. Yang bertujuan berarti kegiatan manusia itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan, memecahkan masalah atau mengatasi kesulitan tertentu. Konsep ketiga tentang teknologi adalah kumpulan pengetahuan.
Sifat dasar teknologi merupakan persoalan filsafat kedua. Harvey Brooks menegaskan tugas pokok teknologi dalam masyarakat manusia ialah perluasan dunia kemungkinan manusia yang bersifat praktis. Jadi teknologi mempunyai peranan memperluas dan memperbesar potensi manusia untuk memenuhi kebutuhan praktisnya.
Kebudayaan adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya untuk memahami dan menginterprestasi lingkungan dan pengalamannya, serta menjadi kerangka landasan untuk mewujudkan dan mendorong terwujudnya kelakuan. Dalam definisi ini, kebudayaan dilihat sebagai “mekanisme kontrol” bagi kelakuan dan tindakan-tindakan manusia (Geertz, 19730) atau sebagai “pola-pola bagi kelakuan manusia” (Keesing & Keesing, 1971).
Dengan demikian kebudayaan merupakan serangkaian aturan, petunjuk-petunjuk, resep, rencana, dan strategi, yang terdiri atas serangkaian model kognitif yang digunakan secara kolektif oleh manusia yang memilikinya sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya (Spradley, 1972). Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti perasaan-perasaan dan emosi-emosi manusia serta menjadi sumber bagi sistem penilaian sesuatu yang baik dan yang buruk, sesuatu yang berharga dan tidak, sesuatu yang bersih atau kotor, dan sebagainya.
2.2.  Hubungan Antara Kebudayaan Dengan Teknologi
Kebudayaan adalah dasar dari teknologi. Kebudayaan  menentukan jenis teknologi yang berkembang disuatu daerah. Semakin maju kebudayaannya, semakin berkembang teknologinya. Teknologi sendiri merupakan perkembangan dari kebudayaan yang maju dengan pesat. Hal inilah yang menjadi kunci hubungan antara teknologi dan kebudayaan.
Dengan sedikit penjelasan dapat diartikam bahwa teknologi dapat mempengaruhi tingkah laku sekelompok orang, apakah mereka lebih suka berkumpul bersama, atau lebih senang menyendiri tanpa gangguan.

2.3.  Hubungan Antara Ilmu Dan Teknologi
Dilihat dari perkembangan ilmu pengetahuan sendiri, diandaikan bahwa ilmu pengetahuan yang mampu menerjemahkan produk pengetahuannya menjadi teknologi lebih maju taraf perkembangannya dari ilmu pengetahuan tanpa teknologi. Teknologi sangat membantu perkembangan dan pertumbuhan ekonomi, sambil memberi lebih banyak waktu luang kepada manusia, yang sudah dibebaskan dari kerja fisik. Teknologi dari dirinya dianggap mempunyai suatu watak yang liberal.
Dari perkembangan rasionalitas, maka diandaikan bahwa masyarakat yang telah dimasuki oleh teknologi, akan semakin menyesuaikan dirinya dengan tuntutan dari rasionalitas tersebut. Di sini sering dilupakan kemungkinan lain bahwa kebudayaan suatu masyarakat yang belum cukup disiapkan untuk menerima teknologi, justru menyerap teknologi itu tidak sesuai dengan tuntutan rasionalitas teknologi tetapi sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan yang ada dalam kebudayaan itu, yang menyebabkan teknologi itu tidak berfungsi optimal atau mengalami disfungsi.
2.4.  Hubungan Antara Ilmu Dengan Kebudayaan
Dilihat dari sejarah perkembangan umat manusia diandaikan bahwa kebudayaan dengan perkembangan ilmu, adalah kebudayaan yang lebih tinggi taraf perkembangannya dari kebudayaan tanpa ilmu, karena dengan adanya perkembangan ilmu alam raya semakin dapat dikuasai.
Perkembangan ilmu tergantung pada perkembangan kebudayaan, sedangkan perkembangan ilmu dapat memberikan pengaruh pada kebudayaan. Keadaan sosial dan kebudayaan, saling tergantung dan saling mendukung (Surajiyo:2007). Pada beberapa kebudayaan, ilmu dapat berkembang dengan subur. Di sini ilmu mempunyai peran ganda, yakni:
a.         Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung pengembangan kebudayaan;
b.         Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan watak bangsa.
Kebudayaan yang memakai pesawat terbang, komputer, dan telepon dianggap lebih maju dari masyarakat yang hanya memakai kuda, pena, atau berbicara dari mulut ke mulut. Hal ini menyebabkan distingsi yang kadang-kadang dibuat antara kebudayaan tinggi dan kebudayaan rendah, atau antara kebudayaan dan peradaban.
Dalam suatu masyarakat, bukan saja kehidupan alam dapat diatur dengan bantuan teknologi, tetapi juga dengan bantuan perkembangan ilmu, Engineering dalam dunia fisika dianggap dapat diterjemahkan ke dalam dunia sosial dalam bentuk sosial engineering, demikian pula kontrol terhadap masyarakat dapat dilakukan dengan cara-cara yang meniru kontrol dalam perkembangan ilmu.

2.5.   Hubungan antara Ilmu, Teknologi dan Kebudayaan
Dari berbagai uraian diatas, terlihat bahwa ilmu, teknologi, dan kebudayaan sesungguhnya merupakan realitas yang kompleks. Masing-masing merupakan jalinan rumit yang berpijak pada dua aspek realitas yang berbeda, yakni aspek abstrak-ideasional dan aspek konkrit-operasional. Kedua aspek tersebut saling mengandalkan satu sama lainnya, sehingga telaah terhadap hubungan antara ilmu, teknologi dan kebudayaan mau tidak mau meski mempertimbangkan dinamika hubungan antara aspek konkrit dan abstrak pada ketiganya.
Maka dari itu diperlukan adanya pengembangan strategi kebudayaan yang integral-integratif, karena pengembangan ilmu dan teknologi mengandaikan adanya komponen kebudayaan lain yang sesuai.

BAB III
PENUTUP
3.1.   KESIMPULAN
Penerapan teknologi tidak cukup hanya mengandalkan technical know-how, tetapi selayaknya dan semestinya didukung oleh pengetahuan mengenai keadaan sosial-budaya yang cukup mengenai tempat di mana teknologi itu diterapkan.penerapan teknologi tanpa pengetahuan sosial-budaya dapat mempunyai dua akibat. Kemungkinan satu, penerapan itu tidak berhasil, kemungkinan lainnya, sekali pun penerapannya berhasil, akibat sampingan begitu tinggi, sehingga efek sosial yang muncul mungkin jauh lebih besar dari pada manfaat yang dibawa oleh teknologi itu.
Teknologi menjadi tempat dimana dipertaruhkan dua kepentingan ilmu pengetahuan yaitu unsur kebenaran pengetahuan dan manfaat pengetahuan. Hubungan diantara keduanya penuh dengan dilema sehingga menganggap bahwa pengembangan ilmu selalu harus dihubungkan kegunaanya, mungkin akan membuat perkembangan ilmu justru tidak produktif.
Untuk teknologi tinggi, keahlian teknis para teknolog hendaknya disertai suatu etos profesi yang tinggi. Kontrol sosial terhadap para ahli sendiri dan rekan-rekan mereka sendirilah yang harus mengontrol diri mereka sendiri, karena kontrol sosial oleh masyarakat tidak mungkin dilakukan karena mengandaikan suatu tingkat pengetahuan teknis yang tinggi, yang justru tidak di punyai oleh anggota masyarakat yang bukan ahli.
Kemampuan menerima suatu teknologi, tidak hanya mengandalkan tingkat kecerdasan, tetapi juga tingkat disiplin. Kekeliruan dalam menjalankan teknologi tidak selalu disebabkan karena seorang kurang tahu, tetapi juga karena dia kurang perhatian dan belum mempunyai kebiasaan (habit) untuk mengikuti disiplin dan bukan melanggarnya.
Pengandaian bahwa teknologi hanya mengubah dunia materiil, pada taraf sekarang tidak benar seluruhnya, karena teknologi langsung mengubah alam pikiran dan tanggapan. Dunia materiil diubah dengan memproduksi benda-benda, dunia tanggapan diubah dengan memproduksi tanda-tanda.
Berfungsinya teknologi tidak saja tergantung kepada sifat teknologi itu sendiri, tetapi juga sangat tergantung kepada wacana tentang teknologi. Penyelidikan tentang wacana ini besar manfaatnya untuk melihat peraturan-peraturan yang dianut dalam kalangan teknologi untuk menjalankan fungsinya, dan apa yang terdapat dibalik peraturan-peraturan itu, yang sering kali memperlihatkan dalam topeng-topeng ilmiah dan filosofis, yang memerlukan keritik untuk mengungkapannya dan meninjau atau kalau perlu mendekontruksinya sekalian.



DAFTAR PUSTAKA
Adib, Mohammad. 2010. Filsafat Ilmu Ontologi,Epistimologi, Aksiologi dan Logika Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.   
Surajiyo. 2007.Filsafat ilmu dan Perkembangannya di Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.



[1]Jujun S.Suriasumantri, Filsafat ilmu:Sebuah pengantar popular, Jakarta:Pustaka  Harapan Jaya,1999. Hal.110
[2] The liang gie, pengantar filsafat ilmu. (Yogyakarta: Liberty, 1991) hlm. 89

Tidak ada komentar:

Posting Komentar