BAB
I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pada dasarnya ilmu, teknologi dan kebudayaan berhubungan
sangat erat.dimana perkembangan ilmu dan teknologi didominasi oleh dunia
Barat.Sejak abad ke-18 perkembangan itu begitu pesat yang ditandai dengan
adanya revolusi industry di inggris di bawah naungan jiwa dan semangat zaman renaissance dan aufklarung. Bisa difahami bahwa kebudayaan barat pun akhirnya
banyak dipengaruhi oleh perkembangan ilmu dan teknologi.[1]
Zaman renaissance
adalah zaman yang didukung oleh cita-cita untuk melahirkan manusia bebads
tanpa belenggu gereja atau agama seperti pada masa pertengahan. Manusia bebas
ala renaissance itu kemudian
disewasakan oleh zaman aufklarung yang
ternyata telah melahirkan sikap mental manusia yang percaya akan kemampuan diri
sendiri sendiri atas dasar rasionalitas dan sangat optimis untuk dapat
menguasai masa depannya sehingga mendorong menjadi lebih kreatif dan inovatif.
Adanya daya dorong ini mempengaruhi munculnya teknologi dari ilmu yang telah
ada hingga hasilnya ilmu itumenghasilkan teknologi supra modern seperti saat
ini.
Dalam perkembangannya ilmu pun menjadi aspek utama
terhadap perkembangan teknologi serta kebudayaan, karena perkembangan dua unsur
tersebut tidak terlepas dari perkembangan pengetahuan.
1.2. Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian pengetahuan, teknologi dan kebudayaan?
2.
Bagaimana hubungan kebudayaan dengan teknologi?
3.
Bagaimana hubungan ilmu dengan teknologi?
4.
Bagaimana hubungan ilmu dengan kebudayaan?
5.
Bagaiman
hubungan antara ilmu,teknologi dan kebudayaan?
1.3. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui pengertian pengetahuan, teknologi dan
kebudayaan
2.
Mengetahui hubungan antara kebudayaan dengan teknologi
3.
Mengetahui hubungan antara ilmu dengan teknologi
4.
Mengetahui hubungan antara ilmu dengan kebudayaan
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Ilmu
Pengetahuan, Teknologi, dan Kebudayaan
Ilmu
pengetahuan pada dasarnya bersumber pada rasio dan fakta. Mereka yang
berpendapat bahwa rasio adalah sumber kebenaran, telah mengembangkan paham yang
disebut rasionalisme. Sedangkan mereka yang menyatakan bahwa fakta yang
tertangkap lewat pengalaman manusia merupakan sumber kebenaran, telah
mengembangkan paham empirisme. Kaum rasionalisme menyatakan alam nyata dan gaib
adalah ilmu pengetahuan, sedang kaum empirisme menganggap bahwa yang nyata saja
yang termasuk ilmu pengetahuan sedang yang gaib bukan
ilmu pengetahuan.
Ilmu
pengetahuan berdasarkan objek dapat diklasifikasikan, sebagai berikut :
1. Objek
vertikal (trancendental) yang menyangkut sang pencipta dan sifat-sifatnya,
“kata-kata” sang pencipta.
2. Objek
horizontal menyangkut ciptaannya seperti manusia, alam binatang, alam
tumbuh-tumbuhan, alam benda materi, dan alam jagad raya.
3. Objek
“alam rekayasa” merupakan buatan manusia.
Dari objek diatas dapat dikaji tiga hal, yaitu : 1.
Studi Agama (religious studies) 2. ilmu (science) 3. Teknik dan teknologi (engineering
and technology).
Menurut The liang
gie, ilmu adalah rangkaian aktifitas manusia yang rasional dan kognitif dengan
berbagai metode berupa aneka prosedur dan tata langkah, sehingga menghasilkan
kumpulan pengetahuan yang sistematis mengenai gejala-gejala kealaman,
kemasyarakatan, atau keorangan untuk tujuan mencapai kebenaran, memperoleh
pemahaman, memberikan penjelasan ataupun melakukan penerapan.[2]
Pengertian
teknologi yang sangat sederhana dan paling umum dikenal manusia adalah barang
buatan manusia, adapun konsep kedua pengertian teknologi adalah kegiatan
manusia yang efisien dan bertujuan jelas. Efisensi itu sendiri adalah konsep
yang menunjukan perbandingan lurus antara suatu kerja dengan hasilnya. Yang
bertujuan berarti kegiatan manusia itu dilakukan untuk memenuhi kebutuhan,
memecahkan masalah atau mengatasi kesulitan tertentu. Konsep ketiga tentang
teknologi adalah kumpulan pengetahuan.
Sifat
dasar teknologi merupakan persoalan filsafat kedua. Harvey Brooks menegaskan
tugas pokok teknologi dalam masyarakat manusia ialah perluasan dunia
kemungkinan manusia yang bersifat praktis. Jadi teknologi mempunyai peranan
memperluas dan memperbesar potensi manusia untuk memenuhi kebutuhan praktisnya.
Kebudayaan
adalah keseluruhan pengetahuan manusia sebagai makhluk sosial yang digunakannya
untuk memahami dan menginterprestasi lingkungan dan pengalamannya, serta
menjadi kerangka landasan untuk mewujudkan dan mendorong terwujudnya kelakuan.
Dalam definisi ini, kebudayaan dilihat sebagai “mekanisme kontrol” bagi
kelakuan dan tindakan-tindakan manusia (Geertz, 19730) atau sebagai “pola-pola
bagi kelakuan manusia” (Keesing & Keesing, 1971).
Dengan
demikian kebudayaan merupakan serangkaian aturan, petunjuk-petunjuk, resep,
rencana, dan strategi, yang terdiri atas serangkaian model kognitif yang
digunakan secara kolektif oleh manusia yang memilikinya sesuai dengan
lingkungan yang dihadapinya (Spradley, 1972). Kebudayaan merupakan pengetahuan
manusia yang diyakini kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti
serta menyelimuti perasaan-perasaan dan emosi-emosi manusia serta menjadi
sumber bagi sistem penilaian sesuatu yang baik dan yang buruk, sesuatu yang
berharga dan tidak, sesuatu yang bersih atau kotor, dan sebagainya.
2.2. Hubungan
Antara Kebudayaan Dengan Teknologi
Kebudayaan
adalah dasar dari teknologi. Kebudayaan menentukan
jenis teknologi yang berkembang disuatu daerah. Semakin maju kebudayaannya, semakin berkembang teknologinya.
Teknologi sendiri merupakan perkembangan dari kebudayaan yang maju dengan
pesat. Hal inilah yang menjadi kunci hubungan antara teknologi dan kebudayaan.
Dengan
sedikit penjelasan dapat diartikam bahwa teknologi dapat mempengaruhi tingkah
laku sekelompok orang, apakah mereka lebih suka berkumpul bersama, atau lebih
senang menyendiri tanpa gangguan.
2.3. Hubungan
Antara Ilmu Dan Teknologi
Dilihat dari perkembangan ilmu pengetahuan
sendiri, diandaikan bahwa ilmu pengetahuan yang mampu menerjemahkan produk
pengetahuannya menjadi teknologi lebih maju taraf perkembangannya dari ilmu
pengetahuan tanpa teknologi. Teknologi sangat membantu perkembangan dan
pertumbuhan ekonomi, sambil memberi lebih banyak waktu luang kepada manusia,
yang sudah dibebaskan dari kerja fisik. Teknologi dari dirinya dianggap
mempunyai suatu watak yang liberal.
Dari perkembangan rasionalitas, maka
diandaikan bahwa masyarakat yang telah dimasuki oleh teknologi, akan semakin
menyesuaikan dirinya dengan tuntutan dari rasionalitas tersebut. Di sini sering
dilupakan kemungkinan lain bahwa kebudayaan suatu masyarakat yang belum cukup
disiapkan untuk menerima teknologi, justru menyerap teknologi itu tidak sesuai dengan
tuntutan rasionalitas teknologi tetapi sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan yang
ada dalam kebudayaan itu, yang menyebabkan teknologi itu tidak berfungsi
optimal atau mengalami disfungsi.
2.4. Hubungan
Antara Ilmu Dengan Kebudayaan
Dilihat
dari sejarah perkembangan umat manusia diandaikan bahwa kebudayaan dengan
perkembangan ilmu, adalah kebudayaan yang lebih tinggi taraf perkembangannya
dari kebudayaan tanpa ilmu, karena dengan adanya perkembangan ilmu alam raya
semakin dapat dikuasai.
Perkembangan ilmu tergantung pada perkembangan
kebudayaan, sedangkan perkembangan ilmu dapat memberikan pengaruh pada
kebudayaan. Keadaan sosial dan kebudayaan, saling tergantung dan saling
mendukung (Surajiyo:2007). Pada beberapa kebudayaan, ilmu dapat berkembang
dengan subur. Di sini ilmu mempunyai peran ganda, yakni:
a.
Ilmu merupakan sumber nilai yang mendukung
pengembangan kebudayaan;
b.
Ilmu merupakan sumber nilai yang mengisi pembentukan
watak bangsa.
Kebudayaan
yang memakai pesawat terbang, komputer, dan telepon dianggap lebih maju dari
masyarakat yang hanya memakai kuda, pena, atau berbicara dari mulut ke mulut.
Hal ini menyebabkan distingsi yang kadang-kadang dibuat antara kebudayaan
tinggi dan kebudayaan rendah, atau antara kebudayaan dan peradaban.
Dalam
suatu masyarakat, bukan saja kehidupan alam dapat diatur dengan bantuan
teknologi, tetapi juga dengan bantuan perkembangan ilmu, Engineering dalam
dunia fisika dianggap dapat diterjemahkan ke dalam dunia sosial dalam bentuk
sosial engineering, demikian pula kontrol terhadap masyarakat dapat dilakukan
dengan cara-cara yang meniru kontrol dalam perkembangan ilmu.
2.5.
Hubungan antara Ilmu, Teknologi dan Kebudayaan
Dari berbagai uraian diatas, terlihat bahwa ilmu, teknologi, dan kebudayaan
sesungguhnya merupakan realitas yang kompleks. Masing-masing merupakan jalinan
rumit yang berpijak pada dua aspek realitas yang berbeda, yakni aspek
abstrak-ideasional dan aspek konkrit-operasional. Kedua aspek tersebut saling
mengandalkan satu sama lainnya, sehingga telaah terhadap hubungan antara ilmu,
teknologi dan kebudayaan mau tidak mau meski mempertimbangkan dinamika hubungan
antara aspek konkrit dan abstrak pada ketiganya.
Maka dari itu
diperlukan adanya pengembangan strategi kebudayaan yang integral-integratif,
karena pengembangan ilmu dan teknologi mengandaikan adanya komponen kebudayaan
lain yang sesuai.
BAB III
PENUTUP
3.1.
KESIMPULAN
Penerapan teknologi tidak cukup hanya mengandalkan technical know-how, tetapi selayaknya
dan semestinya didukung oleh pengetahuan mengenai keadaan sosial-budaya yang
cukup mengenai tempat di mana teknologi itu diterapkan.penerapan teknologi
tanpa pengetahuan sosial-budaya dapat mempunyai dua akibat. Kemungkinan satu,
penerapan itu tidak berhasil, kemungkinan lainnya, sekali pun penerapannya
berhasil, akibat sampingan begitu tinggi, sehingga efek sosial yang muncul
mungkin jauh lebih besar dari pada manfaat yang dibawa oleh teknologi itu.
Teknologi menjadi tempat dimana dipertaruhkan dua
kepentingan ilmu pengetahuan yaitu unsur kebenaran pengetahuan dan manfaat
pengetahuan. Hubungan diantara keduanya penuh dengan dilema sehingga menganggap
bahwa pengembangan ilmu selalu harus dihubungkan kegunaanya, mungkin akan
membuat perkembangan ilmu justru tidak produktif.
Untuk teknologi tinggi, keahlian teknis para
teknolog hendaknya disertai suatu etos profesi yang tinggi. Kontrol sosial
terhadap para ahli sendiri dan rekan-rekan mereka sendirilah yang harus
mengontrol diri mereka sendiri, karena kontrol sosial oleh masyarakat tidak
mungkin dilakukan karena mengandaikan suatu tingkat pengetahuan teknis yang
tinggi, yang justru tidak di punyai oleh anggota masyarakat yang bukan ahli.
Kemampuan menerima suatu teknologi, tidak hanya
mengandalkan tingkat kecerdasan, tetapi juga tingkat disiplin. Kekeliruan dalam
menjalankan teknologi tidak selalu disebabkan karena seorang kurang tahu,
tetapi juga karena dia kurang perhatian dan belum mempunyai kebiasaan (habit)
untuk mengikuti disiplin dan bukan melanggarnya.
Pengandaian bahwa teknologi hanya mengubah dunia
materiil, pada taraf sekarang tidak benar seluruhnya, karena teknologi langsung
mengubah alam pikiran dan tanggapan. Dunia materiil diubah dengan memproduksi
benda-benda, dunia tanggapan diubah dengan memproduksi tanda-tanda.
Berfungsinya teknologi tidak saja tergantung kepada
sifat teknologi itu sendiri, tetapi juga sangat tergantung kepada wacana
tentang teknologi. Penyelidikan tentang wacana ini besar manfaatnya untuk
melihat peraturan-peraturan yang dianut dalam kalangan teknologi untuk
menjalankan fungsinya, dan apa yang terdapat dibalik peraturan-peraturan itu,
yang sering kali memperlihatkan dalam topeng-topeng ilmiah dan filosofis, yang
memerlukan keritik untuk mengungkapannya dan meninjau atau kalau perlu
mendekontruksinya sekalian.
DAFTAR
PUSTAKA
Adib,
Mohammad. 2010. Filsafat Ilmu
Ontologi,Epistimologi, Aksiologi dan Logika Ilmu Pengetahuan. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Surajiyo.
2007.Filsafat ilmu dan Perkembangannya di
Indonesia. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar