Page

Minggu, 12 Juni 2016

PENGARUH LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN 2014



PENGARUH LAJU PERTUMBUHAN PENDUDUK DAN TINGKAT PENGANGGURAN TERBUKA TERHADAP JUMLAH PENDUDUK MISKIN DI INDONESIA TAHUN 2014

Paper Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Statistika
Dosen Pengampu Riswanti Budi S., MSc





Disusun Oleh:
RISKA YANTY (15830074)


PRODI KEUANGAN SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2015/2016
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
Istilah kemiskinan muncul ketika seseorang atau sekelompok orang tidak mampu mencukupi tingkat kemakmuran ekonomi yang dianggap sebagai kebutuhan minimal dari standar hidup tertentu. Dalam arti proper, kemiskinan dipahami sebagai keadaan kekurangan uang dan barang untuk menjamin kelangsungan hidup. Menurut World Bank (2004), salah satu sebab kemiskinan adalah karena kurangnya pendapatan dan aset (lack of income and assets) untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, perumahan dan tingkat kesehatan dan pendidikan yang dapat diterima (acceptable). Di samping itu kemiskinan juga berkaitan dengan keterbatasan lapangan pekerjaan dan biasanya mereka yang dikategorikan miskin (the poor) tidak memiliki pekerjaan (pengangguran), serta tingkat pendidikan dan kesehatan mereka pada umumnya tidak memadai. Mengatasi masalah kemiskinan tidak dapat dilakukan secara terpisah dari masalah-masalah pengangguran, pendidikan, kesehatan dan masalah- masalah lain yang secara eksplisit berkaitan erat dengan masalah kemiskinan. Dengan kata lain, pendekatannya harus dilakukan lintas sektor, lintas pelaku secara terpadu dan terkoordinasi dan terintegrasi.(www.bappenas.go.id)
Jumlah penduduk dalam pembangunan ekonomi suatu daerah merupakan permasalahan mendasar. Karena pertumbuhan penduduk yang tidak terkendali dapat  mengakibatkan  tidak  tercapainya  tujuan  pembangunan  ekonomi  yaitu kesejahteraan rakyat serta menekan angka kemiskinan.
Faktor lain yang juga berpengaruh terhadap tingkat kemiskinan adalah pengangguran. Salah satu unsur yang menentukan kemakmuran suatu masyarakat adalah tingkat pendapatan. Pendapatan masyarakat mencapai maksimum apabila kondisi tingkat penggunaan tenaga kerja penuh (full employment) dapat terwujud. Menurut Sadono Sukirno (2000), Pengangguran akan menimbulkan efek mengurangi pendapatan masyarakat, dan itu akan mengurangi tingkat kemakmuran yang telah tercapai. Semakin turunnya tingkat kemakmuran akan menimbulkan masalah lain yaitu kemiskinan.
Oleh karena itu penting untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan di Indonesia. Dalam penelitian ini akan melihat bagaimana pengaruh variabel laju pertumbuhan penduduk dan tingkat pengangguran terbuka terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia tahun 2014. Penelitian ini akan menggunakan metode data cross section.
2.      Rumusan Masalah
2.1     Bagaimana pengaruh laju pertumbuhan penduduk terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia.
2.2     Bagaimana pengaruh tingkat pengangguran terbuka terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia.
3.      Tujuan
3.1     Menganalisis pengaruh laju pertumbuhan penduduk terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia.
3.2     Menganalisis pengaruh tingkat pengangguran terbuka terhadap jumlah penduduk miskin di Indonesia.
LANDASAN TEORI
1.      Kemiskinan
Kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi kekurangan hal-hal yang biasa untuk dipunyai seperti makanan, pakaian, tempat berlindung dan air minum, hal- hal ini berhubungan erat dengan kualitas hidup. Kemiskinan kadang juga berarti tidak adanya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan yang mampu mengatasi masalah kemiskinan dan mendapatkan kehormatan yang layak sebagai warga negara.(http://wikipedia.com)
Menurut World Bank, dalam definisi kemiskinan adalah:
”The denial of choice and opportunities most basic for human development to lead a long healthy, creative life and enjoy a decent standard of living freedom, self esteem and the respect of other”.
Dari definisi tersebut diperoleh pengertian bahwa kemiskinan itu merupakan kondisi dimana seseorang tidak dapat menikmati segala macam pilihan dan kesempatan dalam pemenuhan kebutuhan dasarnya seperti tidak dapat memenuhi kesehatan, standar hidup layak, kebebasan, harga diri, dan rasa dihormati seperti orang lain.
2.      Pertumbuhan Penduduk
Menurut Maier (dikutip dari Mudrajat Kuncoro, 1997) di kalangan para pakar pembangunan telah ada konsensus bahwa laju pertumbuhan penduduk yang tinggi tidak hanya berdampak buruk terhadap supply bahan pangan, namun juga semakin membuat kendala bagi pengembangan tabungan, cadangan devisa, dan sumberdaya manusia. Terdapat tiga alasan mengapa pertumbuhan penduduk yang tinggi akan memperlambat pembangunan.
1.     Pertumbuhan penduduk yang tinggi akan dibutuhkan untuk membuat konsumsi dimasa mendatang semakin tinggi. Rendahnya sumberdaya perkapita akan menyebabkan penduduk tumbuh lebih cepat, yang gilirannya membuat investasi dalam “kualitas manusia” semakin sulit.
2.     Banyak negara dimana penduduknya masih sangat tergantung dengan sektor pertanian, pertumbuhan penduduk mengancam keseimbangan antara sumberdaya alam yang langka dan penduduk. Sebagian karena pertumbuhan penduduk memperlambat perpindahan penduduk dari sektor pertanian yang rendah produktifitasnya ke sektor pertanian modern dan pekerjaan modern lainnya.
3.     Pertumbuhan penduduk yang cepat membuat semakin sulit melakukan perubahan yang dibutuhkan untuk meningkatkan perubahan ekonomi dan sosial. Tingginya tingkat kelahiran merupakan penyumbang utama pertumbuhan   kota   yang   cepat.   Bermekarannya   kota-kota   di  NSB membawa masalah-masalah baru dalam menata maupun mempertahankan tingkat kesejahteraan warga kota.
3.      Pengangguran
Dalam standar pengertian yang sudah ditentukan secara internasional, yang dimaksudkan dengan pengangguran            adalah  seseorang         yang    sudah digolongkan dalam angkatan kerja yang secara aktif sedang mencari pekerjaan pada suatu tingkat upah tertentu, tetapi tidak dapat memperoleh pekerjaan yang diinginkannya. Oleh sebab itu, menurut Edwards (1974), bentuk-bentuk pengangguran adalah:
1.     Pengangguran terbuka (open unemployment), adalah mereka yang mampu dan seringkali sangat ingin bekerja tetapi tidak tersedia pekerjaan yang cocok untuk mereka.
2.     Setengah pengangguran (under unemployment), adalah mereka yang secara nominal bekerja penuh namun produktivitasnya rendah sehingga pengurangan dalam jam kerjanya tidak mempunyai arti atas produksi secara keseluruhan.
3.     Tenaga kerja yang lemah (impaired), adalah mereka yang mungkin bekerja penuh tetapi intensitasnya lemah karena kurang gizi atau penyakitan.
4.     Tenaga kerja yang tidak produktif, adalah mereka yang mampu bekerja secara produktif tetapi tidak bisa menghasilkan sesuatu yang baik.
Ada hubungan yang erat sekali antara tingginya tingkat pengangguran, luasnya kemiskinan, dan distribusi pendapatan yang tidak merata. Bagi sebagian besar mereka, yang tidak mempunyai pekerjaan yang tetap atau hanya bekerja paruh waktu (part time) selalu berada diantara kelompok masyarakat yang sangat miskin. Mereka yang bekerja dengan bayaran tetap di sektor pemerintah dan swasta biasanya termasuk diantara kelompok masyarakat kelas menengah ke atas. Namun demikan, adalah salah jika beranggapan bahwa setiap orang yang tidak mempunyai pekerjaan adalah miskin, sedang yang bekerja secara penuh adalah orang kaya. Hal ini karena kadangkala ada pekerja di perkotaan yang tidak bekerja secara sukarela karena mencari pekerjaan yang lebih baik yang lebih sesuai dengan tingkat pendidikannya. Mereka menolak pekerjaan yang mereka rasakan lebih rendah dan mereka bersikap demikian karena mereka mempunyai sumber lain yang bisa membantu masalah keuangan mereka (Lincolin Arsyad, 1997).

DESKRIPSI DATA
Data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang bukan diusahakan sendiri pengumpulannya oleh peneliti, misalnya diambil dari Badan Pusat Statistik (BPS). Data sekunder yang digunakan adalah deret lintang (cross section) sebanyak 33 data mewakili provinsi di Indonesia. Data yang diperlukan adalah:
1.     Data tingkat kemiskinan daerah untuk masing-masing provinsi di Indonesia tahun 2014.
2.     Data jumlah penduduk untuk masing-masing provinsi di Indonesia tahun 2014.
3.     Data pengangguran terbuka untuk masing-masing provinsi di Indonesia tahun 2014.
Adapun sumber data tersebut diatas diperoleh dari:
1.     Data Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi, 1986-2015, yaitu dari Badan Pusat Statistik (BPS).
2.     Data Laju Pertumbuhan Penduduk menurut Provinsi, yaitu dari Badan Pusat Statistik (BPS).
3.     Data Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi, yaitu dari Badan Pusat Statistik (BPS).

HASIL DAN PEMBAHASAN
1.      Data
Provinsi
Laju Pertumbuhan Penduduk (X1)
Tingkat Pengangguran (X2)
Jumlah Penduduk Miskin [000] (Y)
Aceh
2,06
9,93
  876,60
Sumatera Utara
1,39
6,71
 1 378,40
Sumatera Barat
1,34
6,89
  397,90
Riau
2,64
7,83
  481,30
Jambi
1,85
4,34
  270,10
Sumatera Selatan
1,50
6,07
 1 042,00
Bengkulu
1,74
4,91
  310,50
Lampung
1,26
5,14
 1 219,00
Kepulauan Bangka Belitung
2,23
6,29
  70,20
Kepulauan Riau
3,16
6,20
  131,20
DKI Jakarta
1,11
7,23
  366,80
Jawa Barat
1,58
8,72
 4 421,50
Jawa Tengah
0,82
4,99
 4 863,40
DI Yogyakarta
1,20
4,07
  562,10
Jawa Timur
0,69
4,47
 4 960,50
Banten
2,30
9,55
  648,30
Bali
1,24
1,99
  161,00
Nusa Tenggara Barat
1,40
5,69
  828,30
Nusa Tenggara Timur
1,71
3,83
 1 000,30
Kalimantan Barat
1,68
5,15
  355,70
Kalimantan Tengah
2,38
4,54
  141,90
Kalimantan Selatan
1,87
4,92
  189,20
Kalimantan Timur
2,64
7,50
  246,10
Sulawesi Utara
1,17
9,03
  177,50
Sulawesi Tengah
1,71
4,10
  409,60
Sulawesi Selatan
1,13
5,95
  805,90
Sulawesi Tenggara
2,20
5,55
  304,30
Gorontalo
1,65
4,65
  187,70
Sulawesi Barat
1,95
3,35
  160,60
Maluku
1,82
9,93
  338,90
Maluku Utara
2,21
6,05
  88,30
Papua Barat
2,65
8,08
  223,20
Papua
1,99
3,99
  976,40
Sumber: http://bps.go.id

2.      Descriptive Statistics
Statistics

X1
X2
Y
N
Valid
33
33
33
Missing
1
1
1
Mean
1,7658
5,4015
866,5061
Median
1,7100
5,0800
366,8000
Mode
1,71a
5,08
70,20a
Std. Deviation
,56988
2,10392
1296,72224
Range
2,47
8,61
4890,30
Percentiles
10
1,1180
3,2480
135,4800
90
2,6400
8,8000
3204,2600

3.      Analisis Regresi Linier
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta


1
(Constant)
2373,809
787,974

3,013
,005
X1
-1187,655
355,097
-,522
-3,345
,002
X2
109,193
96,184
,177
1,135
,265
Berdasarkan tabel di atas dapat diperoleh rumus regresi sebagai berikut:
Y = 2373,809 - 1187,655 X1 + 109,193 X2
Interpretasi dari regresi di atas adalah sebagai berikut:
*        Konstanta (a)
Ini berarti jika semua variabel bebas memiliki nilai nol (0) maka nilai variabel terikat (Beta) sebesar 2373,809.
*        Laju Pertumbuhan Penduduk (X1) terhadap beta (Y)
Nilai koefisien untuk variabel X1 sebesar 1187,655 dan bertanda negatif, ini menunjukkan bahwa Laju Pertumbuhan Penduduk mempunyai hubungan yang berlawanan arah dengan Jumlah Penduduk Miskin. Hal ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan Laju Pertumbuhan Penduduk satu satuan maka variabel Beta (Y) akan turun sebesar 1187,655 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.
*        Tingkat Pengangguran (X2) terhadap beta (Y)
Nilai koefisien untuk variabel X1 sebesar 109,193. Hal ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan Tingkat Pengangguran satu satuan maka variabel Beta (Y) akan naik sebesar 109,193 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang lain dari model regresi adalah tetap.
4.      Correlations
Correlations

X1
X2
Y
X1
Pearson Correlation
1
,125
-,500**
Sig. (2-tailed)

,489
,003
N
33
33
33
X2
Pearson Correlation
,125
1
,112
Sig. (2-tailed)
,489

,535
N
33
33
33
Y
Pearson Correlation
-,500**
,112
1
Sig. (2-tailed)
,003
,535

N
33
33
33
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Berdasarkan Nilai Signifikansi: dari output di atas diketahui antara X1 dengan Y nilai signifikansi 0,003<0,05 yang berarti terdapat korelasi yang signifikan.
Berdasarkan Tanda Bintang SPSS: Nilai Pearson Correlation yang dihubungkan antara dua variabel mempunyai tanda bintang, ini berarti terdapat korelasi yang signifikan antara variabel yang dihubungkan.
5.      Koefisien Determinasi (R²)
Model Summaryb
Model
R
R Square
Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Change Statistics
Durbin-Watson
R Square Change
F Change
df1
df2
Sig. F Change

1
,530a
,281
,233
1135,79791
,281
5,855
2
30
,007
2,081
a. Predictors: (Constant), X2, X1
b. Dependent Variable: Y
Berdasarkan Tabel ”Model Summary” dapat disimpulkan bahwa Laju Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat Pengangguran Terbuka berpengaruh sebesar 28,1% terhadap Jumlah Penduduk Miskin, sedangkan 71,9% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti. Karena nilai R Square dibawah 5% atau cenderung mendekati nilai 0 maka dapat disimpulkan kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel amat terbatas.
6.      Uji t
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized Coefficients
t
Sig.
B
Std. Error
Beta


1
(Constant)
2373,809
787,974

3,013
,005
X1
-1187,655
355,097
-,522
-3,345
,002
X2
109,193
96,184
,177
1,135
,265
*        Laju Pertumbuhan Penduduk (X1) terhadap Beta (Y)
Terlihat pada kolom Coefficients model 1 terdapat nilai sig 0,002. Nilai sig lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0,002<0,05, maka H1 diterima dan Ho ditolak. Variabel X1 mempunyai thitung  yakni 3,345 dengan ttabel=2,040. Jadi thitung>ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel X1 memiliki kontribusi terhadap Y. Nilai t negatif menunjukkan bahwa X1 mempunyai hubungan yang  berlawanan arah dengan Y. Jadi dapat disimpulkan Laju Pertumbuhan Penduduk memiliki pengaruh signifikan terhadap Beta.
*        Tingkat Pengangguran (X2) terhadap beta (Y)
Terlihat pada kolom Coefficients model 1 terdapat nilai sig 0,263 Nilai sig lebih besar dari nilai probabilitas 0,05, atau nilai 0,263>0,05, maka H1 ditolak dan Ho diterima. Variabel X2 mempunyai thitung  yakni 1,135 dengan ttabel=2,040. Jadi thitung<ttabel dapat disimpulkan bahwa variabel X2 tidak memiliki kontribusi terhadap Y. Nilai t positif menunjukkan bahwa variabel X2 mempunyai hubungan yang searah dengan Y. Jadi dapat disimpulkan Tingkat Pengangguran memiliki pengaruh signifikan terhadap Beta.
7.      Uji F
ANOVAa
Model
Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
1
Regression
15106527,593
2
7553263,796
5,855
,007b
Residual
38701106,706
30
1290036,890


Total
53807634,299
32



Pengujian secar simultan X1 dan X2 terhadap Y:
Dari tabel diperoleh nilai Fhitung sebesar 5,855 dengan nilai probabilitas (sig)=0,007. Nilai Fhitung (5,855)>Ftabel (3,32), dan nilai sig. lebih kecil dari nilai probabilitas 0,05 atau nilai 0,007<0,05; maka H01 diterima, berarti secara bersama-sama (simultan) Laju Pertumbuhan Penduduk dan Tingkat Pengangguran Terbuka berpengaruh signifikan terhadap Jumlah Penduduk Miskin.

KESIMPULAN
Dari analisis data dengan spss di atas dapat disimpulkan bahwa variabel laju pertumbuhan penduduk (X1) berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin dengan hubungan yang berlawanan, artinya setiap kenaikan laju pertumbuhan penduduk akan berdampak pada penurunan jumlah penduduk miskin. Hal tersebut dapat terjadi karena mungkin Indonesia selalu menghasilkan penduduk yang produktif dan bisa menurunkan angka kemiskinan. Di sisi lain mungkin karena kesalahan memilih atau mengolah data. Sedangkan variabel tingkat pengangguran terbuka (X2) berpengaruh terhadap jumlah penduduk miskin dengan hubungan yang searah, artinya setiap kenaikan tingkat pengangguran terbuka akan berdampak pada peningkatan jumlah penduduk miskin. Hal tersebut dapat terjadi karena semakin banyak pengangguran akan menurunkan pendapatan perkapita yang menyebabkan kemiskinan.

DAFTAR PUSTAKA
Suharyadi dan Purwanto. 2009. Statistika: Untuk Ekonomi dan Keuangan Modern. Jakarta: Salemba Empat. Jilid II.
WA, Saputra. 2011. Analisis Pengaruh Jumlah Penduduk, PDRB, IPM, Pengangguran Terhadap Tingkat Kemiskinan di Kabupaten/Kota Jawa Tengah. https://core.ac.uk/download/pdf/11728283.pdf. Diakses pada 24 Mei 2016.
BPS. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Menurut Provinsi, 1986-2015. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/981. Diakses pada 12 Mei 2016.
BPS. Laju Pertumbuhan Penduduk menurut Provinsi. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1268. Diakses pada 12 Mei 2016.
BPS. Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin, Garis Kemiskinan, Indeks Kedalaman Kemiskinan (P1), dan Indeks Keparahan Kemiskinan (P2) Menurut Provinsi. https://www.bps.go.id/linkTabelStatis/view/id/1489. Diakses pada 12 Mei 2016.
Iman. 2013. Pengujian Hipotesis: Regresi Linier Berganda, Uji T, Uji F dan Uji R Square (Penjelasan Lengkap). https://iman2ndblog.wordpress.com/2013/02/05/pengujian-hipotesis-regresi-linier-berganda-uji-t-uji-f-dan-uji-r-square-penjelasan-lengkap/. Diakses pada 12 Mei 2016.
Raharjo, Sahid. 2014. Cara Melakukan Analisis Korelasi dengan SPSS. http://www.spssindonesia.com/2014/02/analisis-korelasi-dengan-spss.html. Diakses pada 12 Mei 2016.

LAMPIRAN
Provinsi
Laju Pertumbuhan Penduduk (X1)
Tingkat Pengangguran (X2)
Jumlah Penduduk Miskin [000] (Y)
Aceh
2,06
9,93
  876,60
Sumatera Utara
1,39
6,71
 1 378,40
Sumatera Barat
1,34
6,89
  397,90
Riau
2,64
7,83
  481,30
Jambi
1,85
4,34
  270,10
Sumatera Selatan
1,50
6,07
 1 042,00
Bengkulu
1,74
4,91
  310,50
Lampung
1,26
5,14
 1 219,00
Kepulauan Bangka Belitung
2,23
6,29
  70,20
Kepulauan Riau
3,16
6,20
  131,20
DKI Jakarta
1,11
7,23
  366,80
Jawa Barat
1,58
8,72
 4 421,50
Jawa Tengah
0,82
4,99
 4 863,40
DI Yogyakarta
1,20
4,07
  562,10
Jawa Timur
0,69
4,47
 4 960,50
Banten
2,30
9,55
  648,30
Bali
1,24
1,99
  161,00
Nusa Tenggara Barat
1,40
5,69
  828,30
Nusa Tenggara Timur
1,71
3,83
 1 000,30
Kalimantan Barat
1,68
5,15
  355,70
Kalimantan Tengah
2,38
4,54
  141,90
Kalimantan Selatan
1,87
4,92
  189,20
Kalimantan Timur
2,64
7,50
  246,10
Sulawesi Utara
1,17
9,03
  177,50
Sulawesi Tengah
1,71
4,10
  409,60
Sulawesi Selatan
1,13
5,95
  805,90
Sulawesi Tenggara
2,20
5,55
  304,30
Gorontalo
1,65
4,65
  187,70
Sulawesi Barat
1,95
3,35
  160,60
Maluku
1,82
9,93
  338,90
Maluku Utara
2,21
6,05
  88,30
Papua Barat
2,65
8,08
  223,20
Papua
1,99
3,99
  976,40
Sumber: http://bps.go.id

Tidak ada komentar:

Posting Komentar