Page

Senin, 27 Juni 2016

TAZKIYAH AN-NAFS



MAKALAH
TAZKIYAH AN-NAFS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Akhlak dan Tassawuf
Dosen Pengampu : Drs. H. Yusuf Khusaini, M.A.
 


DISUSUN OLEH KELOMPOK 7 :
1.        RIZKY AYU RAMADANI                                    (15830044)
2.        U'UM MUNAWAROH                               (15830055)
3.        MIFTAHUL HUDA                                                (15830057)
4.        RISKA YANTY                                           (15830074)
5.        ALIFIA MARETA SITI RAHAYU                       (15830079)
6.        ARDHI                                                         (15830082)


PROGRAM STUDI KEUANGAN SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
2015




BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
      Hati manusia itu diumpamakan sehelai kertas putih yang bersih, ketika kertas itu dicoret maka muncul lah sebuah coretan pada ketas putih tersebut, sama seperti hati jikalau seorang berbuat seatu kemaksiatan maka akan muncullah titik hitam di hati orang teraebut, namun jikalau ia mau bertaubat dengan taubat yang seaungguhnya maka akan hilanglah titik hitam tersebut karena Allah maha pengampun.
     Jiwa yang bersih akan sangat tergantung pada keadaan hati seseorang tersebut, jikalau hati seseorang ternodai pasti jiwanya juga ternodai, banyak sekali perbuatan-perbuatan yang dapat mengkotori hati kita dan bahkan akan mengotori jiwa kita, baik perbuatan itu dapat kita sadari ataupun perbuatan yang tanpa sadar kita lakukan. Disampig banyaknya perbuatan yang dapat menodai hati dan jiwa huga ada hal-hal yang dapat menghapus kotoran dari hati dan jia kita, karena hati yang bersih akan menimbulkan jiwa yang bersih pula dimana jiwa yang bersih akan lebih dicintai oleh Allah karena mereka pasti tunduk dan patuh kepada Allah SWT.
     Keadaan jiwa yang bersih akan sangat menguntungkan bagi diri kita sendiri, baik di dalam hubungan kita dengan Allah, manusia, maupun alam di sekitar kita. Jika dilihat dari fakta-fakta yang ada, masih banyak manusia khisusnua di indonesia ini yang belum sepenuhnya membersihkan hati mereka agar jowa mereka bersih pula, masih banyak orang yang menggelar kemaksiatan di sana sini, padagal kita ketahui kemaksiatan itulah yang nantinya akan menjerumuskan kita pada siksa-siksa Allah kelak sebagai pembalasan atas perbuatan kita di dunia ini.
     Melihat dari kenyataan yang terjadi di kalangan masyarakat ini, kami berinisiatif untuk membuat sebuah makalah tentang kebersihan jiwa yang kami beri judul "Tazkiyah An Nafs", kami sangat berharap dengan adanya makalah ini kita dapat tersadar atas betapa pentingnya kebersihan hati yang mana akan membersihkan jiwa kita agar kelak kita tidak menyesal pada akhirnya dan kita dapat bahagia di dunia maupun di akhirat kelak.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa tang dimaksud dengan penyakit hati dan jiwa?
2. Bagaimana karakteristik jiwa yang bersih?
3. Apa akibat yang ditimbulkan atas kotornya hati dan jiwa manusia?
4. Bagaimana cara mebersihakan hati agar dapat tercipa jiwa yang bersih?

C. TUJUAN
1. Mengetahui berbagai penyakit hati dan jiwa
2. Mengerti bagaimana sesungguhnya jiwa yang bersih
3. Mengetahui akibat dari hati dan jiwa yang kotor
4. Mengetahui cara membersihkan hati agar tercipta jiwa yang bersih

BAB II
Tazkiyah An-Nafs
1.    Definisi Penyucian (at-Tazkiyah)
Penyucian berasal dari kata zakaa-yazkuu-zaaa’an, yang berarti suci. At-tazkiyah berarti tumbuh, suci, dan berkah.[1] Makna ayat-ayat Al-Qur’an yang didalamnya terdapat kata at-Tazkiyah, maknanya ada empat:
       1). Tazkiyah yang terkait pada Allah Ta’ala, yagn berarti hidayah(petunjuk) dan taufiiq(penyelarasan dengan ketentuan-Nya) di dunia. Firman-Nya,


“...namun hanya Allah-lah yang menyucikan siapa saja yang Dia inginkan...”(QS. An-Nisa’[04]:49)
       2). Tazkiyah yang dikaitkan kepada Rosulullah saw., karena beliau adalah seorang pendidik dan penyuci umatnya, serta pembimbing ke jalan yang benar. Ini merupakan tugas yang dibebankan kepada beliau, dan Allah memerintahkan beliau untuk menunaikan. Firman-Nya,


“Ambillah sebagian harta mereka sebagai sedekah yagn membersihkan dan menyucikan mereka...” (QS. At-Taubah[09]:103)
       3). Tazkiyah dikaitkan dengan hamba, karena ia menyucikan jiwanya dengan iman. Menyucikan makanannya dengan mencari yang halal dan baik. Firman Allah,

“Maka perhatikan siapa yang paling suci makannnya...” (QS. Al-Khfi[18]:19)
       4). Tazkiyah disebut di dalam Al-Qur’an sebagai pernyataan penuci. Karena manusia suka memuji dirinya sendiri, berbangga diri memperlihatkan kebaikan dan takwanya. Padahal itu tercela dan terlarang. Firman Allah,


“Tidakkah engkau memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya suci? Padahal hanya Allah-lah yang menyucikan siapa saja yang ia kehendaki...” (QS. an-Nisa’[04]:49)
Jadi, yang dimaksud dengn penyucian jiwa ini tidak serta-merta membasmi sifat-sifat tercela dari dirikita, karena hal ini bertentangan dengan sifat-sifat yang diciptakan Allah. Namun yang dimaksud adalah, dominannya sifat-sifat baik, dan menekan sifat-sifat buruk, serta mengarahkannya pada segala hal yang diridhoi oleh Allah Ta’ala.[2]
2.    Definisi Jiwa (an-Nafs)
Secara etimologi,  jiwa bermakna roh. Jiwa juga bermakna sesuat dan hakikatnya. Secara terminologi, jiwa adalah sseseuatu yang terdapat di dalam diri manusia, yang tidak dapat diketahui wujudnya, yang dapat menerima arahan kepada kebaikan dan keburukan, dan memiliki berbagai sifat dan karakter kemanusiaan, juga memiliki  pengaruh yang nyata pada perilaku manusia.[3]
3.    Hakekat tazkiyah an-nafs
Tazkiyah secara etimologis mempunyai dua makna yaitu penyucian dan pertumbuhan. Tazkiyah an-nafs yaitupembersihan jiwa dari kotoran-kotoran penyakit hati seperti sifat syirik,hasud,ujub, riya, rakus,kikir dll. Misi utama Rasul SAW adalah membersihkan kotoran-kotoran dan penyakit hati yang merusak manusia. Sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Qur’an yaitu :
1. QS. Al-Baqarah (2) : 129





Artinya :
Ya tuhan kami,utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab( al-qur’an )dan Al-Hikmah ( as-sunnah ) serta mensucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulahyang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.
4.      QS. Al-Baqarah ( 2) : 151





Artinya :
Sebagaimana ( Kami telah menyempurnakan nikmat kami kepada mu ) Kami telah mengutus kepadamu Rasul diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu apa yang belum kamu ketahui.
5.      QS. Al-Lail ( 92 ) :18




Artinya :
Yang menafkahkan hartanya ( di jalan Allah ) untuk membersihkannya.
6.      QS. Asy-Syam ( 91 ) : 9-10




Artinya :
9. Sungguh beruntung orang yang mensucikannya ( jiwa itu )
10. Dan sungguh rugi orang yang mengotorinya.

2. Sarana Tazkiyah An-Nafs
Dalam sarana Tazkiyah, ada berbagai amal perbuatan yang memberikan dampak pada jiwa ini sehingga dengan perbuatan tersebut jiwa terbebas dari penyakit.
Ada beberapa sarana dalam Tazkiyah yaitu : sholat, zakat dan infaq, puasa, dzikir, mengingat kematian, dan amar ma’ruf nahi munkar.
1. Shalat
 shalat yang dilakukan secara sempurna merupakan sarana, tujuan, dan dampak. Misalnya, dapat membebaskan manusia dari sikap sombong kepada Allah Tuhan alam semesta,dan pada saat yang sama bisa menerangi hati lalu memantul pada jiwa dengan memberikan dorongan untuk meninggalkan perbuatan keji dan munkar. “Sesungguhnya shalat dapat mencegah pada perbuatan keji dan munkar”QS. Al-Ankabut ayat 25. Jadi shalat merupakan salah satu saranan tazkiyah. Ada dua syarat wajib agar shalat bisa berperan dalam penyucian jiwa. Dua syarat penting itu adalah:
a.       Menyempurnakan shalat, merapikannya, menjaganya, dan tidak lalai, serta menunaikan hal-hal yang diharuskan, yaitu ikhlas dan mngikuti al-Qur’an dan as-Sunnah.
b.      Khusyu’ di dalam shalat. Agar shalat kita khusyu’ kita harus merasakan urgensi shalat, menolak bisiska hati, merenungkanayat-ayat yang dibac saant shalat, serta memikirkan maknanya dan meyakini bahwa ibadah kita akan ditanyai di hari kiamat.
Urgensi shalat dan pengaruhnya dalam penyucian jiwa:
1.      Menenangkan dan menentramkan jiwa
2.      Mencegah diri berbuat maksiat
3.      Menghapus dosa dan menaikkan derajat
4.      Membersihkan jiwa dari sifat egois dan dendam
2. Zakat dan Infaq
Zakat dan infaq bisa membersihkan jiwa dari bakhil dan kikir, dan menyadarkan manusia bahwa pemilik harta  sebenarnya adalah Allah. Agar zakat kita dapat menyucikan jiwa, yang pertama ialah menjauhkan diri dari riya’, bangga diri, dan mengungkitnya di depan orang yang membutuhkan. Yang kedua, menafkahkan harta yang dicintai, bukan yang tidak disukai, dan ia melakukannya dengan rela, tidak karena terpaksa.
Pengaruh zakat dan infaq dalam penyucian jiwa:
1.      Membersihkan jiwa dari penyakit kikir
2.      Membersihkan jiwa orang kikir dan menyucikannya
3.      Merupakan bentuk syukur akan nikmat dan mengakui kebesarannya
3. Puasa
Puasa merupakan sarana untuk membiasakan jiwa mengendalikan syahwat dan kemaluan. Tujuan dari puasa tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar, namun lebih dari itu, yaitu melatih kesabaran dan mengekang hawa nafsu deri keinginan nafsu-nafsu duniawi. Puasa harus diiringi iman dan mengharap rihda Allah Ta’ala serta menjauhkan diri dari perbuatan maksiat.
Pengaruh puasa dalam penyucian jiwa:
1.      Melatih jiwa untuk menyempurnakan penghambaan kepada Allah
2.      Memperkuat motivasi dan melatih kesabaran
3.      Melatih jiwa berjihad melwan hawa nafsu
4.      Mengenal kadar kenikmatan
4. Dzikir dan Pikir
Dzikir dan pikir dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun. Dengan membaca Al-Qur’an merupakan sarana untuk mengingatkan jiwa kepada kepada berbagai kesempurnaan, karenanya ia merupakan salah satu jenis dzikir.
5. Mengingat Kematian
Muhasabah harian terhadap jiwa dan muraqaballah juga dapat mempercepat taubat dan memperkuat laju peningkatan. Dengan mengingat kematian akan dapat mengendalikan diri dari sifat tercela seperti sombong dan lalai untuk kembali lagi kepada ‘ubudiyah-Nya dan menyadarkan bahwa manusia tidak memiliki daya sama sekali tanpa Allah.
6. Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Amar ma’ruf nahi munkar merupakan salah satu sarana tazkiyah an-nafs. Bahkan orang-orang yang tidak memerintahkan yang ma’ruf dan tidak mencegah kemungkaran berhak mendapat laknat.
Pengaruh amar ma’ruf nahi munkar dalam penyucian jiwa:
1.      Membebaskan jiwa dari cinta kehidupan dunia
2.      Jihad menguji jiwa,serta melatih kesabaran dan pengorbanan
3.      Jihad adalah harga diri dan kekuatan jiwa
3. Tujuan Tazkiyah An-Nafs
Tujuan dari upaya pensucian diri ini akan terlaksana apabila telah melampaui beberapa tahap. Tahapan ini merupakan sarana sebagai upaya dari pelaksanaan tazkiyah an-nafs. Tahapan-tahapan tersebut adalah :
a.       Tathahhur ( upaya mensucikan diri )
Upaya ini diawali dengan taubat dan berjanji tidak akan mengulangi lagi segala perbuatan yang bisa mengotori jiwa atau hati, seperti nifaq, berdusta, khianat, hasud, riya dan lain-lain.
b.      Takhallaq ( upaya menghiasi diri dengan akhlak karimah )
Setelah seseorang berusaha mensucikan diri dari perbuatan kotor pada jiwanya, maka ia harus mengisinya dengan perbuatan-perbuatan yang mulia.
c.       Tahaquqq ( upaya merealisasasikan kedudukan-kedudukan mulia )
Upaya ini merupakan puncak dari proses tazkiyah an-nafs, karena tahaquqq merupakan cara dan jalan bagaimana seorang muslim dapat berada sedekat mungkin dengan Allah SWT sehingga ia akan memperoleh kedudukan yang mulia di sisi-Nya.
Untuk dapat berada dekat dengan Allah seorang muslim harus menempuh perjalanan panjang yang dalam istilah arab dikenal dengan maqamat.
4.    Buah dari Tazkiyah An-Nafs
Aktifitas-aktifitas tazkiyah yang dapat mencontoh Rasullulah SAW dapat menghasilkan buah-buah amaliyah, buh-buah ini disebut tsamaratut tazkiyah, yaitu :
a.       Dhabtull lisan ( lisan yang terjaga )
Rasullulah menjadikan lurusnya lisan sebagai syarat dari lurusnya hati, dan menjadikan lurusnya hati sebagai syarat lurusnya iman. Seseoranh yang dapat mengontrol lisannya maka ia akan senantiasa terjaga lisannya dari perkataan yang tidak baik.
b.      Iltizam Bi Adabil ‘Ilaqat ( komitmen dengan adab-adab pergaulan )
Ada empat macam klasifikasi manusia dalam pergaulan, yaitu :
ü  Segolangan orang yang bergaul dengan mereka ibarat mengkonsumsi makanan yang bergizi. Contohnya para ulama, ahli ma’rifatullah, memahami perintah-perintahNya, mengerti tipu daya musuh-musuhNya, dan memiliki ilmu tentang penyakit hati dan obatnya. Bergaul dengan mereka adalah keberuntungan yang nyata.
ü  Segalongan orang yang bergaul dengan mereka ibarat mengkonsumsi obat. Contohnya para profesional dalam urusan muamalat, bisnis dan yang semisalnya.
ü  Segolongan orang yang bergaul dengan mereka ibarat mengkonsumsi penyakit.
ü  Segolongan orang yang bergaul dengan mereka adalah kebinasaan total. Contohnya ahli bid’ah dan kesesatan, penghalang sunnsh Rasulullah penyeru kepada perselisihan.

BAB III
KESIMPULAN
Tazkiyatun Nafsi sesuatu yang membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran penyakit hati yang merupakan salah satu misi utama para Rasul Allah. Tajkiyah hati dan jiwa hanya bisa dicapai melalui berbagai ibadah dan amal perbuatan tertentu, apabila dilaksanakan secara sempurna dan memadai, seperti shalat, infaq, puasa, haji, dzikir. Fikir, tilawah al-Qur’an dan renungan. Maka dampak yang akan kita dapatkan adalah terealisirnya tauhid, ikhlas, sabar, syukur dan santun. Ada beberapa sarana dalam tazkiyah yaitu : shalat, zakat dan infaq, puasa dzikir dan pikir, mengingat kematian, dan amar ma’ruf nahi munkar. Adapun hasilnya dari Tazkiyatun Nafsi : lisan yang terkontrol dan komitmen adab-adab pergaulan.
Kita sebagai umat muslim harus membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela, membuang seluruh penyakit hati, dan menghiasi jiwa dengan sifat-sifat terpuji. Jika kita telah memiliki jiwa yang bersih maka dalam beribadah, kita dengan hati dan jiwa yang ikhlas dan insyaAllah akan membawa kita ke dalam kesuksesan. Salah satu sarana untuk membersihkan jiwa memang dengan beribadah. Oleh karena itu, ibadah yang dilakukan jangan hanya menjadi gerak-gerak fisik yang kosong dari ruh keimanan dan taqarrub kepada Allah SWT. Lakukanlah ibadah dengan khusyuk. Karena ibadah apapun yang kita kerjakan hendaknya akan bernuansa pembersihan jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

Karzon, Anas Ahmad. 2010. NAFS. Jakarta Timur : AKBARMEDIA
2005. Akhlak/Tasawuf. Yogyakarta : Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga



[1] Tazkiyatun Nafs, Karzon, hal.xv
[2] Tazkiyatun Nafs, Karzon, hal.xviii
[3] Tazkiyatun Nafs, Karzon, hal.xxi
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar