MAKALAH
TAZKIYAH AN-NAFS
Disusun
Untuk Memenuhi Tugas
Mata
Kuliah : Akhlak dan Tassawuf
Dosen
Pengampu : Drs. H. Yusuf Khusaini, M.A.
DISUSUN
OLEH KELOMPOK 7 :
1.
RIZKY
AYU RAMADANI (15830044)
2.
U'UM
MUNAWAROH (15830055)
3.
MIFTAHUL
HUDA (15830057)
4.
RISKA
YANTY (15830074)
5.
ALIFIA
MARETA SITI RAHAYU (15830079)
6.
ARDHI (15830082)
PROGRAM
STUDI KEUANGAN SYARI’AH
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
2015
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Hati
manusia itu diumpamakan sehelai kertas putih yang bersih, ketika kertas itu
dicoret maka muncul lah sebuah coretan pada ketas putih tersebut, sama seperti
hati jikalau seorang berbuat seatu kemaksiatan maka akan muncullah titik hitam
di hati orang teraebut, namun jikalau ia mau bertaubat dengan taubat yang
seaungguhnya maka akan hilanglah titik hitam tersebut karena Allah maha
pengampun.
Jiwa yang
bersih akan sangat tergantung pada keadaan hati seseorang tersebut, jikalau
hati seseorang ternodai pasti jiwanya juga ternodai, banyak sekali
perbuatan-perbuatan yang dapat mengkotori hati kita dan bahkan akan mengotori
jiwa kita, baik perbuatan itu dapat kita sadari ataupun perbuatan yang tanpa
sadar kita lakukan. Disampig banyaknya perbuatan yang dapat menodai hati dan
jiwa huga ada hal-hal yang dapat menghapus kotoran dari hati dan jia kita,
karena hati yang bersih akan menimbulkan jiwa yang bersih pula dimana jiwa yang
bersih akan lebih dicintai oleh Allah karena mereka pasti tunduk dan patuh
kepada Allah SWT.
Keadaan
jiwa yang bersih akan sangat menguntungkan bagi diri kita sendiri, baik di
dalam hubungan kita dengan Allah, manusia, maupun alam di sekitar kita. Jika
dilihat dari fakta-fakta yang ada, masih banyak manusia khisusnua di indonesia
ini yang belum sepenuhnya membersihkan hati mereka agar jowa mereka bersih
pula, masih banyak orang yang menggelar kemaksiatan di sana sini, padagal kita
ketahui kemaksiatan itulah yang nantinya akan menjerumuskan kita pada
siksa-siksa Allah kelak sebagai pembalasan atas perbuatan kita di dunia ini.
Melihat
dari kenyataan yang terjadi di kalangan masyarakat ini, kami berinisiatif untuk
membuat sebuah makalah tentang kebersihan jiwa yang kami beri judul
"Tazkiyah An Nafs", kami sangat berharap dengan adanya makalah ini
kita dapat tersadar atas betapa pentingnya kebersihan hati yang mana akan
membersihkan jiwa kita agar kelak kita tidak menyesal pada akhirnya dan kita
dapat bahagia di dunia maupun di akhirat kelak.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa tang dimaksud dengan penyakit hati dan jiwa?
2. Bagaimana karakteristik jiwa yang bersih?
3. Apa akibat yang ditimbulkan atas kotornya hati dan
jiwa manusia?
4. Bagaimana cara mebersihakan hati agar dapat tercipa
jiwa yang bersih?
C. TUJUAN
1. Mengetahui berbagai penyakit hati dan jiwa
2. Mengerti bagaimana sesungguhnya jiwa yang bersih
3. Mengetahui akibat dari hati dan jiwa yang kotor
4. Mengetahui cara membersihkan hati agar tercipta
jiwa yang bersih
BAB
II
Tazkiyah
An-Nafs
1. Definisi Penyucian (at-Tazkiyah)
Penyucian berasal dari
kata zakaa-yazkuu-zaaa’an, yang
berarti suci. At-tazkiyah berarti tumbuh, suci, dan berkah.[1]
Makna ayat-ayat Al-Qur’an yang didalamnya terdapat kata at-Tazkiyah, maknanya ada empat:
1). Tazkiyah yang terkait pada Allah Ta’ala, yagn berarti
hidayah(petunjuk) dan taufiiq(penyelarasan dengan ketentuan-Nya) di dunia.
Firman-Nya,
“...namun hanya Allah-lah
yang menyucikan siapa saja yang Dia inginkan...”(QS. An-Nisa’[04]:49)
2). Tazkiyah yang dikaitkan kepada Rosulullah saw., karena
beliau adalah seorang pendidik dan penyuci umatnya, serta pembimbing ke jalan
yang benar. Ini merupakan tugas yang dibebankan kepada beliau, dan Allah
memerintahkan beliau untuk menunaikan. Firman-Nya,
“Ambillah sebagian harta
mereka sebagai sedekah yagn membersihkan dan menyucikan mereka...” (QS.
At-Taubah[09]:103)
3). Tazkiyah dikaitkan dengan hamba, karena ia menyucikan
jiwanya dengan iman. Menyucikan makanannya dengan mencari yang halal dan baik.
Firman Allah,
“Maka perhatikan siapa
yang paling suci makannnya...” (QS. Al-Khfi[18]:19)
4). Tazkiyah disebut di dalam Al-Qur’an sebagai pernyataan
penuci. Karena manusia suka memuji dirinya sendiri, berbangga diri
memperlihatkan kebaikan dan takwanya. Padahal itu tercela dan terlarang. Firman
Allah,
“Tidakkah engkau
memperhatikan orang-orang yang menganggap dirinya suci? Padahal hanya Allah-lah
yang menyucikan siapa saja yang ia kehendaki...” (QS. an-Nisa’[04]:49)
Jadi, yang dimaksud dengn
penyucian jiwa ini tidak serta-merta membasmi sifat-sifat tercela dari
dirikita, karena hal ini bertentangan dengan sifat-sifat yang diciptakan Allah.
Namun yang dimaksud adalah, dominannya sifat-sifat baik, dan menekan
sifat-sifat buruk, serta mengarahkannya pada segala hal yang diridhoi oleh
Allah Ta’ala.[2]
2. Definisi Jiwa (an-Nafs)
Secara etimologi, jiwa bermakna roh. Jiwa juga bermakna sesuat
dan hakikatnya. Secara terminologi, jiwa adalah sseseuatu yang terdapat di
dalam diri manusia, yang tidak dapat diketahui wujudnya, yang dapat menerima
arahan kepada kebaikan dan keburukan, dan memiliki berbagai sifat dan karakter
kemanusiaan, juga memiliki pengaruh yang
nyata pada perilaku manusia.[3]
3. Hakekat tazkiyah an-nafs
Tazkiyah
secara etimologis mempunyai dua makna yaitu penyucian dan pertumbuhan. Tazkiyah
an-nafs yaitupembersihan jiwa dari kotoran-kotoran penyakit hati seperti sifat
syirik,hasud,ujub, riya, rakus,kikir dll. Misi utama Rasul SAW adalah
membersihkan kotoran-kotoran dan penyakit hati yang merusak manusia.
Sebagaimana diisyaratkan dalam Al-Qur’an yaitu :
1. QS. Al-Baqarah (2) :
129
Artinya :
Ya tuhan
kami,utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan
membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka
Al-Kitab( al-qur’an )dan Al-Hikmah ( as-sunnah ) serta mensucikan mereka.
Sesungguhnya Engkaulahyang Maha Kuasa lagi Maha Bijaksana.
4.
QS. Al-Baqarah (
2) : 151
Artinya :
Sebagaimana ( Kami telah
menyempurnakan nikmat kami kepada mu ) Kami telah mengutus kepadamu Rasul
diantara kamu yang membacakan ayat-ayat Kami kepada kamu dan mensucikan kamu
dan mengajarkan kepadamu Al-Kitab dan Al-Hikmah, serta mengajarkan kepada kamu
apa yang belum kamu ketahui.
5.
QS. Al-Lail ( 92
) :18
Artinya :
Yang menafkahkan hartanya ( di
jalan Allah ) untuk membersihkannya.
6.
QS. Asy-Syam (
91 ) : 9-10
Artinya :
9. Sungguh beruntung orang yang
mensucikannya ( jiwa itu )
10. Dan sungguh rugi orang yang
mengotorinya.
2. Sarana Tazkiyah An-Nafs
Dalam
sarana Tazkiyah, ada berbagai amal perbuatan yang memberikan dampak pada jiwa
ini sehingga dengan perbuatan tersebut jiwa terbebas dari penyakit.
Ada
beberapa sarana dalam Tazkiyah yaitu : sholat, zakat dan infaq, puasa, dzikir,
mengingat kematian, dan amar ma’ruf nahi munkar.
1. Shalat
shalat yang dilakukan secara sempurna
merupakan sarana, tujuan, dan dampak. Misalnya, dapat membebaskan manusia dari
sikap sombong kepada Allah Tuhan alam semesta,dan pada saat yang sama bisa
menerangi hati lalu memantul pada jiwa dengan memberikan dorongan untuk
meninggalkan perbuatan keji dan munkar. “Sesungguhnya shalat dapat mencegah
pada perbuatan keji dan munkar”QS. Al-Ankabut ayat 25. Jadi shalat merupakan
salah satu saranan tazkiyah. Ada dua syarat wajib agar shalat bisa berperan
dalam penyucian jiwa. Dua syarat penting itu adalah:
a. Menyempurnakan
shalat, merapikannya, menjaganya, dan tidak lalai, serta menunaikan hal-hal
yang diharuskan, yaitu ikhlas dan mngikuti al-Qur’an dan as-Sunnah.
b. Khusyu’
di dalam shalat. Agar shalat kita khusyu’ kita harus merasakan urgensi shalat,
menolak bisiska hati, merenungkanayat-ayat yang dibac saant shalat, serta
memikirkan maknanya dan meyakini bahwa ibadah kita akan ditanyai di hari
kiamat.
Urgensi shalat dan
pengaruhnya dalam penyucian jiwa:
1. Menenangkan
dan menentramkan jiwa
2. Mencegah
diri berbuat maksiat
3. Menghapus
dosa dan menaikkan derajat
4.
Membersihkan
jiwa dari sifat egois dan dendam
2. Zakat dan Infaq
Zakat
dan infaq bisa membersihkan jiwa dari bakhil dan kikir, dan menyadarkan manusia
bahwa pemilik harta sebenarnya adalah
Allah. Agar zakat kita dapat menyucikan jiwa, yang pertama ialah menjauhkan
diri dari riya’, bangga diri, dan mengungkitnya di depan orang yang
membutuhkan. Yang kedua, menafkahkan harta yang dicintai, bukan yang tidak
disukai, dan ia melakukannya dengan rela, tidak karena terpaksa.
Pengaruh
zakat dan infaq dalam penyucian jiwa:
1. Membersihkan
jiwa dari penyakit kikir
2. Membersihkan
jiwa orang kikir dan menyucikannya
3. Merupakan
bentuk syukur akan nikmat dan mengakui kebesarannya
3. Puasa
Puasa
merupakan sarana untuk membiasakan jiwa mengendalikan syahwat dan kemaluan.
Tujuan dari puasa tidak hanya sekedar menahan haus dan lapar, namun lebih dari
itu, yaitu melatih kesabaran dan mengekang hawa nafsu deri keinginan
nafsu-nafsu duniawi. Puasa harus diiringi iman dan mengharap rihda Allah Ta’ala
serta menjauhkan diri dari perbuatan maksiat.
Pengaruh
puasa dalam penyucian jiwa:
1. Melatih
jiwa untuk menyempurnakan penghambaan kepada Allah
2. Memperkuat
motivasi dan melatih kesabaran
3. Melatih
jiwa berjihad melwan hawa nafsu
4. Mengenal
kadar kenikmatan
4. Dzikir dan Pikir
Dzikir
dan pikir dapat dilakukan dimanapun dan kapanpun. Dengan membaca Al-Qur’an
merupakan sarana untuk mengingatkan jiwa kepada kepada berbagai kesempurnaan,
karenanya ia merupakan salah satu jenis dzikir.
5. Mengingat Kematian
Muhasabah
harian terhadap jiwa dan muraqaballah juga dapat mempercepat taubat dan
memperkuat laju peningkatan. Dengan mengingat kematian akan dapat mengendalikan
diri dari sifat tercela seperti sombong dan lalai untuk kembali lagi kepada
‘ubudiyah-Nya dan menyadarkan bahwa manusia tidak memiliki daya sama sekali
tanpa Allah.
6. Amar Ma’ruf Nahi Munkar
Amar
ma’ruf nahi munkar merupakan salah satu sarana tazkiyah an-nafs. Bahkan
orang-orang yang tidak memerintahkan yang ma’ruf dan tidak mencegah kemungkaran
berhak mendapat laknat.
Pengaruh
amar ma’ruf nahi munkar dalam penyucian jiwa:
1. Membebaskan
jiwa dari cinta kehidupan dunia
2. Jihad
menguji jiwa,serta melatih kesabaran dan pengorbanan
3. Jihad
adalah harga diri dan kekuatan jiwa
3. Tujuan Tazkiyah An-Nafs
Tujuan dari upaya
pensucian diri ini akan terlaksana apabila telah melampaui beberapa tahap.
Tahapan ini merupakan sarana sebagai upaya dari pelaksanaan tazkiyah an-nafs.
Tahapan-tahapan tersebut adalah :
a. Tathahhur
( upaya mensucikan diri )
Upaya ini diawali dengan taubat dan
berjanji tidak akan mengulangi lagi segala perbuatan yang bisa mengotori jiwa
atau hati, seperti nifaq, berdusta, khianat, hasud, riya dan lain-lain.
b. Takhallaq
( upaya menghiasi diri dengan akhlak karimah )
Setelah seseorang berusaha
mensucikan diri dari perbuatan kotor pada jiwanya, maka ia harus mengisinya
dengan perbuatan-perbuatan yang mulia.
c. Tahaquqq
( upaya merealisasasikan kedudukan-kedudukan mulia )
Upaya ini merupakan puncak dari
proses tazkiyah an-nafs, karena tahaquqq merupakan cara dan jalan bagaimana
seorang muslim dapat berada sedekat mungkin dengan Allah SWT sehingga ia akan
memperoleh kedudukan yang mulia di sisi-Nya.
Untuk dapat berada dekat dengan
Allah seorang muslim harus menempuh perjalanan panjang yang dalam istilah arab
dikenal dengan maqamat.
4. Buah dari Tazkiyah An-Nafs
Aktifitas-aktifitas
tazkiyah yang dapat mencontoh Rasullulah SAW dapat menghasilkan buah-buah
amaliyah, buh-buah ini disebut tsamaratut tazkiyah, yaitu :
a. Dhabtull
lisan ( lisan yang terjaga )
Rasullulah
menjadikan lurusnya lisan sebagai syarat dari lurusnya hati, dan menjadikan
lurusnya hati sebagai syarat lurusnya iman. Seseoranh yang dapat mengontrol
lisannya maka ia akan senantiasa terjaga lisannya dari perkataan yang tidak
baik.
b. Iltizam
Bi Adabil ‘Ilaqat ( komitmen dengan adab-adab pergaulan )
Ada
empat macam klasifikasi manusia dalam pergaulan, yaitu :
ü Segolangan
orang yang bergaul dengan mereka ibarat mengkonsumsi makanan yang bergizi.
Contohnya para ulama, ahli ma’rifatullah, memahami perintah-perintahNya,
mengerti tipu daya musuh-musuhNya, dan memiliki ilmu tentang penyakit hati dan
obatnya. Bergaul dengan mereka adalah keberuntungan yang nyata.
ü Segalongan
orang yang bergaul dengan mereka ibarat mengkonsumsi obat. Contohnya para
profesional dalam urusan muamalat, bisnis dan yang semisalnya.
ü Segolongan
orang yang bergaul dengan mereka ibarat mengkonsumsi penyakit.
ü Segolongan
orang yang bergaul dengan mereka adalah kebinasaan total. Contohnya ahli bid’ah
dan kesesatan, penghalang sunnsh Rasulullah penyeru kepada perselisihan.
BAB III
KESIMPULAN
Tazkiyatun
Nafsi sesuatu yang membersihkan jiwa dari kotoran-kotoran penyakit hati yang
merupakan salah satu misi utama para Rasul Allah. Tajkiyah hati dan jiwa hanya bisa dicapai melalui berbagai ibadah
dan amal perbuatan tertentu, apabila dilaksanakan secara sempurna dan memadai,
seperti shalat, infaq, puasa, haji, dzikir. Fikir, tilawah al-Qur’an dan renungan.
Maka dampak yang akan kita dapatkan adalah terealisirnya tauhid, ikhlas, sabar,
syukur dan santun. Ada beberapa sarana dalam tazkiyah yaitu : shalat, zakat dan
infaq, puasa dzikir dan pikir, mengingat kematian, dan amar ma’ruf nahi munkar.
Adapun hasilnya dari Tazkiyatun Nafsi :
lisan yang terkontrol dan komitmen adab-adab pergaulan.
Kita sebagai
umat muslim harus membersihkan jiwa dari sifat-sifat tercela, membuang seluruh
penyakit hati, dan menghiasi jiwa dengan sifat-sifat terpuji. Jika kita telah
memiliki jiwa yang bersih maka dalam beribadah, kita dengan hati dan jiwa yang
ikhlas dan insyaAllah akan membawa kita ke dalam kesuksesan. Salah satu sarana
untuk membersihkan jiwa memang dengan beribadah. Oleh karena itu, ibadah yang
dilakukan jangan hanya menjadi gerak-gerak fisik yang kosong dari ruh keimanan
dan taqarrub kepada Allah SWT. Lakukanlah ibadah dengan khusyuk. Karena ibadah
apapun yang kita kerjakan hendaknya akan bernuansa pembersihan jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Karzon, Anas Ahmad. 2010. NAFS.
Jakarta Timur : AKBARMEDIA
2005. Akhlak/Tasawuf.
Yogyakarta : Pokja Akademik UIN Sunan Kalijaga
[1]
Tazkiyatun Nafs, Karzon, hal.xv
[2]
Tazkiyatun Nafs, Karzon, hal.xviii
[3]
Tazkiyatun Nafs, Karzon, hal.xxi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar