PERTUMBUHAN INVESTASI PADA PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA

PERTUMBUHAN INVESTASI PADA PENANAMAN MODAL DALAM NEGERI DAN PENANAMAN MODAL ASING DI INDONESIA

KLIPING

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Manajemen Investasi & Teori Portofolio

Dosen Pengampu: Dr. Ibnu Qizam, S.E., Akt., M.Si.

Disusun Oleh:

RISKA YANTY (15830074)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN KEUANGAN SYARI’AH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2017

Latar Belakang

Investasi dan penanaman modal di Indonesia dewasa ini terus berkembang baik dari investor dalam negeri maupun luar negeri. Tingkat investasi dapat mempengaruhi tingkat perekonomian negara tersebut. Sebagai mahasiswa jurusan manajemen keuangan syari’ah, informasi mengenai investasi dan penanaman modal menjadi sangatlah penting sebagai pembelajaran. Oleh karena itu penulis berusaha menyajikan informasi mengenai bagaimana seluk beluk investasi dan penanaman modal dalam bentuk kliping yang berjudul “Pertumbuhan Investasi pada Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing”.

Investasi atau penanaman modal adalah suatu penanaman modal yang diberikan oleh perseorangan atau perusahaan atau organisasi baik dalam negeri maupun luar negeri. Investasi dalam negeri adalah salah satu cara untuk meningkatkan perekonomian Indonesia dengan investasi dalam negara terciptalah jiwa wirausaha dan enterprainer dari masyarakat tersebut dengan adanya investasi dalam negeri, kebijakan yang harus di tempuh pemerintah Indonesia guna untuk mencapai suatu tujuannnya  yaitu menjadikan masyrakat Indonesia sejahtera dengan perekonomian yang ada saat ini. Sedangkan investasi asing dapat dibagi menjadi 2 jenis : investasi asing langsung, merupakan partisipasi jangka panjang oleh suatu negara pada negara lain. Biasanya melibatkan partisipasi dalam bidang manajemen, perusahaan patungan, transfer teknologi, dan kunsultasi pakar. Dan investasi portofolio, hanya melibatkan asset-aset financial, seperti obligasi dan saham, yang di dominasikan atau ternilai dalam mata uang nasional.

Setiap penulisan harus memiliki tujuan yang akan dicapai dari penulisan tersebut. Begitu juga dengan kliping yang saya buat ini, dengan judul “Pertumbuhan Investasi pada Penanaman Modal Dalam Negeri dan Penanaman Modal Asing”, memiliki tujuan yang ingin dicapai. Berikut tujuannya : untuk mengetahui peranan investasi dan penanaman modal dalam negeri serta asing di Indonesia; untuk mengetahui perkembangan nilai investasi di Indonesia dari tahun-tahun terakhir; untuk mengetahui dampak-dampak investasi dan penanaman modal terhadap perekonomian Indonesia.

Kamis, 09 March 2017, 06:00 WIB

Investasi Asing di Jabar Tertinggi

Rep: Arie Lukihardianti / Red: Satria K Yudha

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG-- Provinsi Jawa Barat (Jabar) menduduki urutan pertama dalam realisasi investasi Penanaman Modal Asing (PMA) 2016. Nilainya mencapai 5,47 miliar dolar AS. Penanam modal terbesar di Jabar adalah Jepang senilai 2,86 miliar dolar AS. 

"Investasi di Jabar ini sangat baik. Mudah-mudahan dengan berbagai proyek saya masih optimistis di 2017 investasi di Jabar terus membaik," ujar Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jabar, Juda Agung kepada wartawan usai High Level Meeting Mendorong Perekonomian Jabar Melalui peningkatan Investasi, Rabu (8/3).

Juda optimistis investasi di Jabar akan terus membaik seiring berbagai pembangunan infrastruktur yang terus dilakukan Pemprov Jabar. Selain PMA, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) 2016 Provinsi Jabar pun menempati urutan kedua.  

"Pertumbuhan investasi di Jabar memang masih di dukung peningkatan laju pertumbuhan PMA. Sementara PMDN, masih mengalami perlambatan," katanya. 

Peningkatan laju pertumbuhan PMA ini, kata dia, di dorong oleh investasi pada industri alat angkutan dan makanan. Sementara perlambatan laju PMDN, disebabkan oleh menurunnya investasi pada industri kimia dan makanan.

Dilihat dari lokasi sebarannya, kata dia, pangsa PMA dan PMDN terbesar disalurkan ke wilayah yang merupakan basis industri. Di antaranya, Kabupaten Bekasi, Kabupaten Karawang, Kabupaten Bogor dan Kabupaten Purwakarta.

Menurut Juda, untuk menggenjot pertumbuhan ekonomi di Jabar, Bank Indonesi dan Pemprov Jabar telah membentuk Forum West Java Incorporated (WJI) yang telah melaksanakan berbagai program kerja di 2016. 

Juda mengatakan, peningkatan investasi di Jabar berdampak pada perekonomian Jabar. Pertumbuhan ekonomi Jabar 2016 tercatat sebesar 5,67 persen atau meningkat dibandingkan 2015 yang sebesar 5,04 persen.

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/ekonomi/makro/17/03/08/omi3se416-investasi-asing-di-jabar-tertinggi

Komentar:

Peningkatan investasi di Jawa Barat baik itu dari Penanaman Modal Asing (PMA) maupun Penanaman Modal Dalam Negeri akan berdampak positif terhadap perekonomian di Jawa Barat. Akan tetapi PMA masih lebih mendominasi ketimbang PMDN. Seharusnya pangsa PMDN lebih diprioritaskan dalam investasi di Jawa Barat agar laju pertumbuhannya bisa seimbang atau lebih baik dari PMA.

Investasi Sektor Industri Diharapkan Topang Pertumbuhan Ekonomi 2017

Pramdia Arhando Julianto

Kompas.com - 25/02/2017, 11:02 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Investasi menjadi harapan besar untuk mendongkrak PDB nasional tahun 2017 yang ditargetkan tumbuh sekitar 5,1 sampai 5,4 persen. 

“Agar ekonomi kita bisa mencapai 5,6 persen, butuh investasi Rp 800 triliun. Dari total investasi, 50 persennya akan disumbang dari sektor industri,” kata Menteri Perindustrian (Menperin) Airlangga Hartarto dalam keterangan resmi, Sabtu (25/2/2017).

Berdasarkan catatan BKPM, target investasi tahun 2017 sebesar Rp 678 triliun dan tahun 2018 sebesar Rp 863 triliun. Guna menarik investasi sektor industri di Indonesia, pemerintah terus berupaya menciptakan iklim usaha yang kondusif.

Salah satunya melakukan deregulasi, menerbitkan paket kebijakan ekonomi, pembangunan infrastruktur, pengembangan kawasan industri serta pemberian insentif fiskal berupa tax allowance dan tax holiday.

“Beberapa pelaku industri telah menyatakan minat investasinya tahun ini kepada kami seperti sektor agro, kimia dan logam,” ujarnya.

Kemenperin mencatat mulai tahun 2017 hingga 2020 sudah ada 89 proyek investasi dengan nilai mencapai Rp 527,5 triliun dan ditargetkan menyerap tenaga kerja sebanyak 544 ribu orang.

Pada tahun 2016, nilai investasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sektor industri mencapai Rp 106,78 triliun atau tumbuh 19,92 persen dibandingkan tahun 2015 sebesar Rp 89,04 triliun.

"Investasi sektor industri tersebut memberikan kontribusi 49,38 persen dari total investasi PMDN tahun 2016 sebesar Rp 216,23 T triliun,” ungkap Airlangga.

Sementara itu, untuk nilai investasi PMA, sektor industri tahun 2016 memberikan sumbangan sebesar 16,68 miliar dollar AS atau meningkat 41,86 persen dibandingkan tahun 2015 yang mencapai 11,76 miliar dollar AS.

Investasi PMA ini memberikan kontribusi 57,61 persen dari total investasi PMA tahun 2016 sebesar 28,96 miliar dollar AS. “Kami optimis investasi tahun ini akan meningkat karena adanya penurunan harga gas bagi industri,” tegasnya.

Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2017/02/25/110200226/investasi.sektor.industri.diharapkan.topang.pertumbuhan.ekonomi.2017

Komentar:

Kebijakan yang diterapkan pemerintah seperti penurunan harga gas, pengembangan kawasan industri, pembangunan infrastruktur, dan pemberian insentif fiskal dapat memberikan dampak positif bagi industri dan menarik para investor. Dengan adanya peningkatan nilai investasi dari PMA maupun PMDN khususnya pada industri, bisa dijadikan penopang pertumbuhan ekonomi.

Komentar:

Investor domestik khususnya investor yang berasal dari Yogyakarta semakin melek investasi dibuktikan dengan banyaknya investor Yogyakarta membeli saham pertambangan. Saham pertambangan ini menjadi pilihan masyarakat Jogja karena harga emas memang saat itu sedang naik. Meskipun angka transaksi masih terbilang sedikit ketimbang daerah lain, transaksi investasi di Yogyakarta selalu mengalami peningkatan bahkan melampaui target yang telah diperkirakan. Hal ini sangat bermanfaat dalam mendorong pertumbuhan ekonomi khususnya di wilayah Yogyakarta.

Investasi Asing di Sektor Perhotelan Tembus 333 Juta Dollar AS

Wahyu Adityo Prodjo

Kompas.com - 23/12/2016, 10:37 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Investasi di bidang perhotelan menjadi paling diminati oleh investor asing dan dalam negeri. Hal itu terlihat dari laporan Menteri Pariwisata Arief Yahya dalam Jumpa Pers Akhir Tahun 2016 di Kementerian Pariwisata.

"Untuk penanaman modal asing (PMA) terbesar masih hotel bintang sebesar 56 persen," kata Arief di Balairung Soesilo Soedarman Gedung Sapta Pesona Kementerian Pariwisata, Jakarta, Rabu (21/12/2016).

Arief menyebut PMA di sektor perhotelan pada Januari-September 2016 mencapai 333 juta dollar Amerika Serikat (AS) dari total investasi pariwisata senilai 594,59 juta dollar AS. 

"Para investor (PMA) didominasi oleh Singapura, British Virgin Islands, dan Luxemburg,” kata Arief.

Investor asal Singapura mendominasi PMA dengan angka 51 persen. Sementara, British Virgin Islands dengan 14 persen dan Luxemburg 8 persen.

Selain itu, Arief menyebut realisasi investasi di sektor pariwisata tumbuh 23 persen dibandingkan periode Januari-September 2015 lalu dengan nilai 1.094 juta dollar AS.

Sementara untuk Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Januari-September 2016 tercatat sejumlah 139,06 juta dollar AS. Perhotelan juga menjadi sektor yang diminati oleh investor dalam negeri.

Rinciannya, investasi kegiatan konsultasi manajemen 27 persen, dan restoran 7 persen, sedangkan PMDN untuk hotel bintang sebesar 65 persen, wisata tirta 21 persen, kegiatan taman bertema/hiburan 4 persen.

Ada pun untuk wilayah investasi, DKI Jakarta masih menjadi primadona investor asing. Hal itu ditunjukkan dengan angkab54 persen dan diikuti Bali sebesar 23 persen serta Jawa Barat sebesar 7 persen.

Sementara proyeksi realisasi investasi PMA dan PMDN di sektor pariwisata pada tahun 2016 senilai 1.500 juta dollar AS. Naik dibandingkan realisasi tahun lalu, 1.094 juta dollar AS.

Sumber: http://properti.kompas.com/read/2016/12/23/103740021/investasi.asing.di.sektor.perhotelan.tembus.333.juta.dollar.as.

Komentar:

Industri perhotelan di perkotaan akhir-akhir ini memang mengalami peningkatan dikarenakan banyaknya wisatawan yang berkunjung di daerah-daerah tertentu. Tempat wisata yang semakin berkembang menjadi lebih menarik akan semakin menarik wisatawan. Selain untuk berwisata, para pengunjung hotel biasanya datang untuk mengikuti kegiatan tertentu. Umumnya kegiatan banyak dilaksanakan di kota-kota seperti Jakarta dan Jawa Barat. Faktor-faktor tersebutlah yang membuat investor lebih memilih investasi dalam bidang perhotelan yang paling menjanjikan.

Komentar:

Investasi asing dan domestik mengalami peningkatan pada industri manufaktur sepanjang tahun. Hal ini berdampak pada IHSG yang terus menguat. Adanya kebijakan pemerintah yang bisa menghidupkan investor serta pembangunan infrastruktur yang semakin memadai akan terus meningkatkan pertumbuhan investasi.

Investasi Sektor Industri Didorong

Sumber: Kompas

JAKARTA, KOMPAS - Industri pengolahan nonmigas pada triwulan II-2014 tumbuh 5,49 persen atau lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,17 persen. Pemerintah terus berusaha mendorong masuknya investasi di sektor industri agar semakin memberi dampak berganda bagi perekonomian nasional.

Siaran pers Kementerian Perindustrian, Rabu (6/8) petang, menyebutkan, cabang industri yang tumbuh tinggi pada triwulan II-2014, antara lain, industri makanan, minuman, dan tembakau sebesar 9,62 persen.

Disusul kemudian industri barang kayu dan hasil hutan lainnya sebesar 6,35 persen; industri alat angkut, mesin, dan peralatannya sebesar 4,52 persen; serta industri barang lainnya sebesar 15,77 persen.

Menurut Menteri Perindustrian MS Hidayat, terbentuknya pemerintahan baru setelah Pemilu Presiden 2014 merupakan salah satu hal yang ditunggu investor sebelum merealisasikan penanaman modalnya.

Berdasarkan data Kemenperin, investasi penanaman modal dalam negeri sektor industri pada triwulan II-2014 sebesar Rp 12,07 triliun atau meningkat 8,6 persen dibandingkan dengan triwulan I-2014 sebesar Rp 11,11 triliun.

Dengan demikian, total investasi PMDN sektor industri pada semester I-2014 menjadi Rp 23,18 triliun dan memberikan kontribusi 31,8 persen terhadap total investasi PMDN.

Cabang industri yang berkontribusi besar terhadap investasi PMDN adalah industri makanan Rp 9,76 triliun, industri kimia dan farmasi Rp 3,45 triliun, serta industri mineral nonlogam Rp 3,32 triliun.

Sementara itu, investasi penanaman modal asing sektor industri pada triwulan II-2014 sebesar 3,22 miliar dollar AS atau lebih rendah daripada triwulan I-2014 seebsar 3,49 miliar dollar AS. Jadi, total investasi PMA sektor industri semester I-2014 sebesar 6,71 miliar dollar AS dan menyumbang 46,9 persen terhadap total investasi PMDN.

Cabang industri yang berkontribusi besar terhadap PMA adalah industri makanan 2,06 miliar dollar AS, industri kendaraan bermotor dan alat transportasi lain 1,03 miliar dollar AS, serta industri kimia dan farmasi 979,4 juta dollar AS.

Sekretaris Jenderal Kemenperin Ansari Bukhari menuturkan, hilirisasi industri terus didorong agar ekspor industri semakin banyak yang berupa barang olahan. Insentif pembebasan pajak dan keringanan pajak disediakan untuk mendorong masuknya investasi, termasuk di sektor industri barang modal dan bahan baku. ”Apalagi, impor terbesar selama ini di barang modal dan bahan baku,” kata Ansari. (CAS)

Sumber: http://kemenperin.go.id/artikel/9719/Investasi-Sektor-Industri-Didorong

Komentar:

Investasi sektor industri didorong oleh pemerintah mengingat tingginya bahan impor barang olahan. Dengan adanya kebijakan pemerintah untuk meringankan pajak, diharapkan investasi sektor industri semakin meningkat agar mengurangi kegiatan impor dan bisa meningkatkan kegiatan ekspor.

Investasi Domestik Lampaui Investasi Asing

Didik Purwanto

Kompas.com - 23/10/2013, 18:20 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Kinerja Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) diapresiasi lantaran mampu mencatatkan kenaikan investasi domestik dibanding investasi asing. Hal ini mencerminkan investor dalam negeri sudah mulai bergairah.

Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, porsi investor domestik dan investor asing sudah mulai ada titik keseimbangan. Chatib menganggap bahwa investor asing ini justru banyak yang kembali ke negaranya akibat mulai ada perbaikan dari sisi global.

"Ini memang growth-nya didorong oleh penanaman modal dalam negeri (PMDN), jadi relatif share PMDN sudah naik. Ini sudah hampir seimbang," kata Chatib saat ditemui di Gedung DPR Jakarta, Rabu (23/10/2013).

Ia menambahkan, kondisi tersebut harus terus dijaga. Sehingga hal itu bisa mendorong pertumbuhan ekonomi domestik dan tidak selalu bergantung dengan asing.

Sekadar catatan, BKPM mencatat kinerja penanaman modal (investasi) hingga kuartal III-2013 untuk PMDN mengalami kenaikan 32,9 persen dari setahun yang lalu dan 1,2 persen dari kuartal sebelumnya.

Sementara itu, penanaman modal asing (PMA) hanya mengalami kenaikan 18,4 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya dan 0,4 persen dari kuartal sebelumnya. Sehingga total mengalami kenaikan 22,9 persen (yoy) untuk PMDN dan 0,7 persen (qoq) untuk PMA menjadi Rp 100,5 triliun.

Sementara kenaikan PMDN dilihat secara tahun kalender sebesar 43,2 persen year to date dan PMA mengalami kenaikan 21,3 persen year to date. Sehingga totalnya mengalami kenaikan 27,6 persen year to date menjadi Rp 293,3 triliun.

Hingga akhir tahun ini, BKPM menargetkan perolehan investasi sebesar Rp 390,3 triliun. Hingga kuartal III-2013, BKPM mencatat investasi sudah sekitar 75,1 persen dari target tahunan.

Sumber: http://edukasi.kompas.com/read/2013/10/23/1820570/Investasi.Domestik.Lampaui.Investasi.Asing

Komentar:

Investasi domestik yang mampu melampaui investasi asing merupakan sebuah prestasi tersendiri karena selama ini banyak berita yang selalu menerbitkan investasi asing lebih tinggi ketimbang investasi domestik. Dengan tingginya investasi domestik, bisa mendorong pertumbuhan ekonomi tanpa bergantung dengan asing. Hal ini sebaiknya dipertahankan untuk periode selanjutnya. Prestasi ini juga sebaiknya dicontoh oleh daerah lain bagaimana strategi yang digunakan oleh Provinsi DKI Jakarta sehingga bisa membuat investor domestik lebih mendominasi ketimbang investor asing.

Kamis, 21 October 2010, 04:42 WIB

Investasi PMA dan PMDN di Sumsel Lampaui Target

Rep: maspril aries/ Red: Krisman Purwoko

REPUBLIKA.CO.ID,PALEMBANG--Pasca ditetapkannya Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) masuk dalam tujuh provinsi terpilih menjadi “Regional Champions” pendukung utama pencapaian target pertumbuhan investasi Indonesia pada 2010, rencana investasi di daerah ini menunjukkan grafik yang meningkat.

Kepala Badan Penanaman Modal Daerah (BPMD) Sumsel Permana, Rabu (20/10) kepada Republika mengatakan, “Rencana nilai investasi PMA dan dan PMDN tahun 2010 sampai triwulan kedua sudah melampaui target yang kami tetapkan. Target rencana nilai investasi 2010 adalah Rp6,2 triliun. Sampai triwulan kedua target itu sudah terlewat, nilai investasi yang tercatat sudah mencapai Rp8,6 triliun.”

Permana optimistis realisasi investasi Sumsel tahun 2010 akan melewati realisasi investasi 2009. “Jika target tersebut tercapai atau terlampaui, pada 2011 BPMD Sumsel akan menetapkan target rencana investasi yang tentunya di atas target yang telah dicapai pada 2010,” ujarnya.

Di sela-sela acara pemberian “Investment Award” kepada investor atau perusahaan di Sumsel, Permana menjelaskan, sektor investasi yang diminati investor tersebut cukup beragam. “Sektor perkebunan masih menjadi sektor dominan, kemudian disusul sektor pertambangan. Para investor tersebut berasal dari PMA dan PMDN,” tambahnya.

Meningkatkan investasi ke Bumi Sriwijaya menurut Permana tidak terlepas dari pelayanan terbaik yang diberikan Pemerintah Provinsi Sumsel kepada calon investor dibandingkan dengan daerah lain. “Selain itu Sumsel juga sudah menerapkan PTSP yaitu pelayanan terpadu satu pintu untuk para investor yang ingin berinvestasi ke sini,” katanya.

Kepada investor yang sudah berusaha di Sumsel, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan melalui BPMD juga memberikan reward berupa ”Investment Award.” “Dalam pemberian penghargaan ini seleksinya dilakukan oleh juri indenpenden yang berasal dari perguruan tinggi dan dunia usaha. Penghargaan ini diberikan Gubernur Sumsel kepada investor yang telah memberikan kontribusi bagi daerah Sumsel dalam membangun ekonomi di daerah.”

Dalam penilaian, ketua tim penjurian yang dipimpin Prof Dr Joni Emirzon SH MH dari Universitas Sriwijaya menilai perusahaan dari program kerjanya, kepedulian terhadap lingkungan dan CSR, investasi yang ditananamkan, kemampuan perusahaan menyerap tenaga kerja.

Perusahaan penerima penghargaan Investment Award 2010, yaitu PT TEL (Tanjung Enim Lestari) perusahaan industri pulp yang menempati peringkat pertama, kemudian disusul  PT Interbis perusahaan yang memproduksi biskuit,  PT Aneka Bumi Pratama, PT Badja Baru dan PT Prasidha Aneka Niaga, ketiganya adalah perusahaan atau industri pengolahan karet alam.

Sumber: http://www.republika.co.id/berita/breaking-news/ekonomi/10/10/21/141458-investasi-pma-dan-pmdn-di-sumsel-lampaui-target

Komentar:

Pertumbuhan investasi di Sumatera Selatan yang terus meningkat bahkan telah melampaui target dapat menjadi contoh bagi daerah lain. Dengan adanya pelayanan terpadu satu pintu untuk investor yang telah diterapkan oleh provinsi tersebut juga bisa diterapkan di daerah lain untuk menarik investor. Dengan banyaknya investor bisa meningkatkan pertumbuhan industri dan ekonomi di tiap daerah.

Realisasi Investasi Meningkat - Kompas.com
Monday, May, 03 2010

Jakarta, Kompas - Realisasi investasi di Indonesia sepanjang triwulan I tahun 2010 meningkat tajam. Peningkatan ini menunjukkan tingginya minat investor asing untuk menanamkan modalnya di Indonesia dan berdampak signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja.Namun, wilayah yang menjadi konsentrasi investasi masih Pulau Jawa.

Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Gita Wirjawan saat konferensi pers, Minggu (2/5), mengatakan, sepanjang tiga bulan pertama 2010, realisasi investasi di Indonesia tercatat Rp 42,1 triliun, meningkat 24,6 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2009 sebesar Rp 33,8 triliun. Nilai investasi sebesar itu diperoleh dari laporan kegiatan penanaman modal yang memuat realisasi investasi di luar investasi sektor minyak dan gas bumi, perbankan, lembaga keuangan nonbank, sewa guna usaha, investasi yang perizinannya dikeluarkan oleh instansi teknis, serta investasi portofolio, rumah tangga, dan pasar modal.

Realisasi investasi sebesar Rp 42,1 triliun di atas, lanjut Gita, merupakan nilai investasi atas 574 proyek yang terdiri dari investasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) Rp 6,7 triliun (150 proyek) dan investasi penanaman modal asing (PMA) Rp 35,4 triliun (424 proyek).

Investasi PMDN telah menyerap tenaga kerja hampir 46.000 orang dan investasi PMA menyerap tenaga kerja hampir 78.000 orang.

Khusus untuk PMA, negara yang paling banyak merealisasikan investasinya di Indonesia adalah Singapura sebesar 676,8 juta dollar AS (62 proyek), Mauritius sebesar 446,6 juta dollar AS (2 proyek), AS sebesar 436,9 juta dollar AS (12 proyek), Inggris sebesar 214 juta dollar AS (19 proyek), dan Australia sebesar 186,4 juta dollar AS (14 proyek).

Adapun investasi yang menonjol berdasarkan sektor usaha, baik untuk PMDN maupun PMA, adalah di transportasi, gudang, komunikasi, dan pertambangan.

Berdasarkan lokasi proyek, investasi masih terkonsentrasi di Indonesia bagian barat, khususnya Pulau Jawa, seperti Provinsi DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

Masih timpang

Di Indonesia bagian timur, sepanjang triwulan I tahun 2010 realisasi investasi hanya terdapat di Papua, yaitu sebanyak lima proyek senilai Rp 167 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,5 triliun.

Gita mengakui, realisasi investasi di Indonesia bagian timur masih sangat kecil dan timpang dibandingkan dengan investasi di Indonesia bagian barat. Hal ini antara lain disebabkan minimnya infrastruktur di Indonesia bagian timur, seperti akses jalan dan ketersediaan energi yang terbatas.

Menurut Gita, untuk meningkatkan realisasi investasi di Indonesia bagian timur, dibutuhkan semacam insentif bagi investor, yaitu berupa pembebasan pajak atau tax holiday selama kurun waktu tertentu.

”Kami juga mengajak investor agar tidak hanya investasi di sumber daya alam, tetapi juga di bidang lain yang bisa menghasilkan nilai tambah. Jangan hanya ambil bauksitnya saja, tetapi juga bangun smellter-nya. Jangan hanya ambil kakaonya saja, tetapi bangun pabrik cokelatnya. Jangan hanya ambil batu baranya saja, tetapi bangunlah PLTU- nya,” kata Gita. Anggota kabinet terkait, termasuk Menteri Keuangan Sri Mulyani, sepaham dengan pemberian tax holiday.

Sebelumnya, Gubernur Papua Barnabas Suebu mengatakan, Indonesia bagian timur membutuhkan investor yang tidak hanya tertarik pada kekayaan sumber daya alamnya. (REI)

Sumber: http://sains.kompas.com/amp/read/2010/05/03/0409424/realisasi.investasi.meningkat

Komentar:

Investasi asing dan domestik selalu mengalami peningkatan, akan tetapi masih belum bisa merata di seluruh pelosok nusantara. Industri hanya mendominasi Indonesia bagian Barat saja. Wilayah lain yang masih pelosok dan kaya akan sumber daya alam hanya sebatas dieksploitasi tanpa berniat untuk membangun industri. Seharusnya investor bisa berpandangan luas untuk membangun industri di daerah yang bukan itu-itu saja agar perekonomian Indonesia dapat lebih merata.

PMA Lampaui PMDN Berinvestasi di Indonesia

Kompas.com - 14/07/2008, 21:16 WIB

JAKARTA, SENIN - Penanaman Modal Asing (PMA) yang merealisasikan investasinya di Indonesia Januari-Juni 2008 sebesar 68 persen, jauh melampaui Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) 32 persen.

"Sementara pertumbuhan investasi Januari 2008-Juni 2008 dibanding periode sama tahun sebelumnya meningkat 160 persen, namun pertumbuhan untuk PMDN terkoreksi sampai 60 persen," kata Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Muhammad Lutfi dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR RI di Jakarta, Senin (14/7).

Usai rapat, Lutfi ketika ditanya wartawan mengatakan pertumbuhan PMDN bukan anjlok melainkan terkoreksi. "Ingat yah terkoreksi, bukan anjlok," katanya.

Menurut Lutfi, pertumbuhan PMA 164 persen tak perlu dikhawatirkan sebab menurutnya PMA tersebut juga banyak diantaranya berasal dari perusahaan Indonesia yang menggunakan perusahaan asing untuk masuk Indonesia. "Itu kita bisa lihat macam-macam dari perusahaan pulp and paper dan sebagainya. Ini adalah fenomena sendiri dimana asing tumbuh 164 persen dan domestik terkoreksi," kata dia.

Dikatakan dengan meningkatnya penanaman modal asing itu menandakan para investor asing tidak terpengaruh dengan sejumlah peristiwa kriminal dan politik yang terjadi belakangan ini di Indonesia.

"Termasuk persiapan pemilu tidak banyak mengganggu realisasi investasi. Karena demokrasi juga jadi pemicu untuk kepastian investasi," katanya.

Ditanya wartawan apakah dengan pemadaman listrik memengaruhi minat investor berinvestasi di Indonesia, Lutfi menjawab bahwa rumah tangga saja terganggu dengan pemadaman itu. "Makanya dipercepat pembangunan pembangkit Jawa-Bali agar tak ada lagi pemadaman," jelasnya. (Persda Network/aco)

Sumber: http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2008/07/14/21161964/PMA.Lampaui.PMDN.Berinvestasi.di.Indonesia

Komentar:

Meskipun Indonesia masih memiliki banyak kekurangan dalam hal infrastruktur dan politik, hal tersebut tidak membuat para investor asing dan dalam negeri mengurungkan niatnya untuk berinvestasi di Indonesia. Karena Indonesia sendiri terdapat banyak masyarakat yang konsumtif yang menjadikan industri-industri terus berkembang meskipun tidak sehebat negara lain, Indonesia tetap menjadi lahan investasi yang menguntungkan. Investor banyak yang berasal dari asing yang tidak perlu dikhawatirkan karena investor Indonesia banyak yang menggunakan perusahaan asing untuk masuk ke Indonesia.

Komentar:

Investasi asing maupun domestik memang cenderung mengalami peningkatan, akan tetapi tidak menutup kemungkinan adanya investasi yang dicabut. Investasi yang dicabut tersebut juga nilainya tidak sedikit. Adanya pencabutan investasi biasanya dikarenakan krisis ekonomi, kesulitan dana, pemasaran dan persaingan usaha. Meski begitu, investasi yang masih bertahan lebih banyak ketimbang investasi yang dicabut. Hal tersebut yang menggambarkan investasi selalu mengalami peningkatan tiap periodenya.

Kesimpulan

Investasi pada Penanaman Modal Asing biasanya lebih mendominasi ketimbang Penanaman Modal Dalam Negeri. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya sumber daya dalam negeri untuk pembiyaan investasi di lndonesia, sehingga mendorong pemerintah untuk menarik modal dari luar negeri. Akan tetapi, tidak menutup kemungkinan investasi domestik bisa mendominasi dari investasi asing seperti yang dipaparkan oleh Kompas.com pada tanggal 23 Oktober 2013.

Investasi domestik maupun asing rata-rata selalu meningkat setiap tahunnya. Investor telah melihat banyaknya peluang untuk terus berinvestasi di Indonesia pada bidang perhotelan, manufaktur, transportasi, dan bidang-bidang lain yang paling menguntungkan. Dengan semakin meningkatnya investasi di Indonesia dapat berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang akan semakin membaik.

Rekomendasi

Pemerintah seharusnya terus berinovasi dalam membuat kebijakan untuk menghidupkan pasar modal. Dengan adanya iklim investasi yang baik, bisa menarik lebih banyak investor. Investasi umumnya didominasi oleh asing ketimbang domestik. Hal ini seharusnya investasi domestik harus bisa lebih dominan atau seimbang dengan investasi asing. Jika hal tersebut dapat direalisasikan, maka pertumbuhan ekonomi di Indonesia akan jauh lebih baik tanpa bergantung pada asing.