MAKALAH
BISNIS
PENGANTAR
MENJALANKAN
BISNIS SECARA ETIS DAN BERTANGGUNG JAWAB
DISUSUN
OLEH:
M.
IRFAN HARI SISWANTO (15830063)
RISKA YANTY (15830074)
KELOMPOK 9
RISKA YANTY (15830074)
KELOMPOK 9
UNIVERSITAS
ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
FAKULTAS
EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM
STUDI KEUANGAN SYARI’AH
2015
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Sejalan dengan perkembangan jaman yang semakin maju serta laju
perekonomian dunia yang semakin cepat, dan diberlakukannya sistem perdagangan
bebas sehingga batas kita dan batas dunia akan semakin "kabur". Hal
ini jelas membuat semua kegiatan saling berpacu satu sama lain untuk
mendapatkan kesempatan dan keuntungan. Kadangkala untuk mendapatkan kesempatan
dan keuntungan tadi, memaksa orang untuk menghalalkan segala cara mengindahkan
ada pihak yang dirugikan atau tidak. Dengan kondisi seperti ini, pelaku bisnis
kita jelas akan semakin berpacu dengan waktu serta negara-negara lainnya agar
terwujud suatu tatanan perekonomian yang saling menguntungkan. Namun perlu kita
pertanyakan bagaimana jadinya jika pelaku bisnis dihinggapi kehendak saling
"menindas" agar memperoleh tingkat keuntungan yang berlipat ganda.
Inilah yang merupakan tantangan bagi etika bisnis.
Banyak lembaga bisnis yang menggunakan segala cara
untuk memenangkan persaingan oleh karena itu, diharapkan manajer dapat
menjalankan bisnis yang memenuhi syarat dalam etika bisnis, baik secara moral
maupun norma masyarakat. Organisasi sebagai suatu sistem juga diharapkan dapat
memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat.
Berita yang menggembirakan dari kalangan dunia usaha
dewasa ini adalah semakin banyaknya jumlah organisasi yang menciptakan
jabatan-jabatan baru yang berkaitan dengan lingkungan dalam jajaran pimpinan
puncak mereka. Yang menjadi pusat perhatian para pimpinan tersebut adalah
segala kegiatan perusahaan, dari program daur ulang yang dilakukan sampai ke
kebijaksanaan jangka panjang perusahaan terhadap lingkungan. Ini semua menuntut
keterampilan dari manajer ditambah kemampuan mereka dalam mengatasi berbagai
macam isu tentang peraturan dan hal-hal teknis yang berkaitan dengan
lingkungan. Kemampuan melakukan diplomasi juga akan sangat membantu karena
mereka juga berbicara atas nama lingkungan alam, dan rakyat, dalam berbagai
forum eksekutif. Pada perusahaan DuPont, misalnya, setiap tahun dilakukan
penilaian terhadap para line manajer tentang seberapa baik mereka mengelola
tanggung jawab yang berkaitan dengan lingkungan.
Namun di sisi lain, muncul berita yang kurang menggembirakan, yakni bahwa tidak semua laporan tentang dunia usaha seperti yang sudah dibahas di muka. Sebagai contoh beberapa eksekutif Beech-Nut mendekam dalam penjara karena perusahaan tersebut menjual apple juice palsu. Juice yang berlabel “100% fruit juice” tersebut ternyata campuran dari bahan-bahan sintetis. Tidakkah anda merasa khawatir akan apa yang terjadi di dalam masyarakat seandainya tindakan semacam itu sudah menjadi kebiasaan? Seharusnya kita bertanya “bukankah ini saat bagi kita untuk mulai serius tentang aspek moral dan dampak sosial dari pengambilan keputusan dalam perusahaan?” jawabannya tentu saja adalah ya. Yang menjadi pusat dari pembahasan ini adalah tanggung jawab manajer dalam membanru pihak lain untuk mencapai kinerja yang tinggi namun dengan sekaligus juga selalu bertindak melalui cara-cara yang etis dan bertanggung-jawab.
Namun di sisi lain, muncul berita yang kurang menggembirakan, yakni bahwa tidak semua laporan tentang dunia usaha seperti yang sudah dibahas di muka. Sebagai contoh beberapa eksekutif Beech-Nut mendekam dalam penjara karena perusahaan tersebut menjual apple juice palsu. Juice yang berlabel “100% fruit juice” tersebut ternyata campuran dari bahan-bahan sintetis. Tidakkah anda merasa khawatir akan apa yang terjadi di dalam masyarakat seandainya tindakan semacam itu sudah menjadi kebiasaan? Seharusnya kita bertanya “bukankah ini saat bagi kita untuk mulai serius tentang aspek moral dan dampak sosial dari pengambilan keputusan dalam perusahaan?” jawabannya tentu saja adalah ya. Yang menjadi pusat dari pembahasan ini adalah tanggung jawab manajer dalam membanru pihak lain untuk mencapai kinerja yang tinggi namun dengan sekaligus juga selalu bertindak melalui cara-cara yang etis dan bertanggung-jawab.
Contoh kasus dalam dilema manajer, Salah satu
ketakutan paling besar dalam usaha jasa makanan adalah bila ada salah seorang
pekerja ada yang menularkan penyakitnya, seperti hepatitis A yang kita ketahui
adalah virus yang sangat mudah menular yang ditularkan melalui makanan,
penggunaan peralatan obat dengan seorang yang telah terinfeksi bersama-sama, ke
dalam makanan produksi mereka. Para manajer dan pemilik jasa makanan setempat
mengkhawatirkan apa yang dapat dilakukan jika suatu kasus hepatitis menimpa usaha
mereka, baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Dan kekhawatiran
itu menjadi kenyataan bagi salah satu usaha jasa makanan setempat. Bob Mericle,
pemilik restoran Wafle House di Springfield, Missouri, dihadapkan pada sebuah
dilema berat, didapati salah satu juru masak di restorannya mungkin telah
menularkan hepatitis A-nya kepada 350 orang selama periode 5 hari. Tuan Mericle
harus mengambil keputusan. Haruskah ia mengumumkan informasi itu atau haruskah
ia melaporkannya ke departemen kesehatan sebagaimana diminta ? Menghadapi
dilema sulit seperti harus atau tidak harus mengumumkan penyakit menular
hanyalah salah satu contoh jenis-jenis masalah tanggung jawab etis dan social
yang boleh jadi harus dihadapi oleh para manajer sewaktu mereka merencana,
mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan. Sewaktu para manajer dan
organisasi menjalankan usaha mereka, faktor-faktor sosial dapat dan memang
mempengaruhi tindakan-tindakan mereka.
1.2
Perumusan
Masalah
Dari latar belakang diatas dapat
diketahui rumusan masalahnya, yaitu :
1. Bagaimana etika
dalam lingkungan kerja ?
2. Bagaimana tanggung jawab sosial
dalam perusahaan ?
3. Bagaimana mengimplementasikan
program tanggung jawab sosial ?
1.3 Tujuan
Tujuan
dari pembelajaran ini adalah :
Ø Menjelaskan
cara para individu mmengembangkan kode etik pribadinya dan mengapa etika
penting dalam lingkungan kerja.
Ø Membedakan
tanggung jawab sosial dengan etika, mengidentifikasikan pihak-pihak yang
berkepentingan dalam organisasi, dan menunjukkan ciri kepedulian sosial dewasa
ini.
Ø Memperlihatkan
penerapan konsep tanggung jawab sosial pada masalah-masalah lingkungan dan pada
hubungan perusahaan dengan para konsumen, karyawan, dan investor.
Ø Mengidentifikasi
empat pendekatan umum tanggung jawab sosial dan menjelaskan empat tahap yang
harus diambil perusahaan untuk mengimplementasikan program tanggung jawab
sosial ( CSR ).
Ø Menjelaskan
pengaruh masalah-masalah tanggung jawab sosial dan etika terhadap bisnis
berskala kecil.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ETIKA
DALAM LINGKUNGAN KERJA
Etika sendiri merupakan tuntutan mengenai perilaku,
sikap dan tindakan yang diakui, sehubungan suatu jenis kegiatan manusia
mengenai baik dan buruknya serta dapat mempengaruhi hal-hal lainnya.
Dengan
kata lain, Perilaku etis merupakan
perilaku yang mencerminkan keyakinan perseorangan dan norma-norma sosial yang
diterima secara umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang benar dan baik.
Sedangkan Perilaku tidak etis
sendiri adalah perilaku yang menurut keyakinan perseorangan dan norma-norma
sosial dianggap salah atau buruk.
Etika bisnis merupakan penerapan
tanggung jawab sosial suatu bisnis yang timbul dari dalam perusahaan itu
sendiri. Secara
sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk
melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan
juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis
secara adil (fairness), sesuai dengan
hukum yang berlaku (legal), tidak
tergantung pada kedudukan individu
ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan
yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan
standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita
temukan transaksi dan kegiatan yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.
2.1.1 Etika Individual
Etika dapat bervariasi dari satu orang ke lainnya. Disini
individu dapat mengembangkan kode etik pribadi yang mencerminkan beragam sikap
dan keyakinan, dimana hal ini ditentukan oleh individu dan sebagian ditentukan
oleh budaya. Adapula contoh yang sering kita jumpai dalam kehidupan
sehari-hari. Sesungguhnya setiap orang sepakat bahwa jika melihat seseorang
menjatuhkan uang, Anda akan bertindak etis dengan mengembalikannya kepada si
pemilik. Akan tetapi Anda tidak dapat seyakin itu kalau menemukan uang dan
tidak tahu siapa yang menjatuhkannya ? haruskah Anda menyerahkannya ke bagian
kehilangan barang ? atau karena pemiliknya tidak mungkin mengklaimnya, dapatkah
anda menyimpannya ?
Ambiguitas, Hukum dan Dunia Nyata
Pada umumnya masyarakat menerapkan undang-undang formal yang
mencerminkan standar etis atau norma sosial yang berlaku. Kita
berupaya membuat undang-undang yang tidak bersifat ambigu, namun penafsiran dan
penerapannya dapat menyebabkan ambiguitas. Situasi dunia nyata sering dapat
ditafsirkan berbeda, dan menerapkan aturan baku ke dunia nyata tidak selalu
mudah.
Kode dan Nilai Individu
Kode
etik pribadi masing-masing orang di tentukan oleh kombinasi sejumlah faktor,
salah satunya adalah pembentukan standar etis. Kita membentuk standar etis
sebagai seorang anak sebagai tanggapan kita atas perlaku orang tua dan orang
dewasa lainnya. Kemudian kita masuk sekolah dimana kita dipengaruhi teman-teman
sekolah, dan ketika tumbuh menjadi dewasa, pengalamanlah yang membentuk kita.
2.1.2 Etika Bisnis dan Etika Manajerial
Etika
Manajerial merupakan standar perilaku yang memandu
manajer dalam pekerjaannya.
Terdapat
tiga kategori luas dan cara etika manajerial dapat mempengaruhi kerja orang:
1. Perilaku terhadap Karyawan
Kategori
ini meliputi materi seperti merekrut dan memecat, menentukan kondisi upah
kerja, serta memberikan privasi dan respek.
2. Perilaku terhadap Organisasi
Isu
etis juga muncul dari perilaku karyawan terhadap majikannya, khususnya dalam
kasus seperti konflik kepentingan, kerahasiaan, dan kejujuran. Konflik
kepentingan terjadi ketika suatu aktivitas bisa menguntungkan individu dengan
merugikan pihak majikannya. Masalah yang relatif umum di bidang kejujuran
umumnya mencakup perilaku seperti mencuri pasokan, menggelembungkan laporan
biaya, dan menggunakan telepon kantor untuk kepentingan pribadi.
3. Perilaku terhadap agen ekonomi
lainnya
Etika
juga tampil dalam hubungan antara perusahaan dan karyawannya dengan apa yang
disebut agen kepentingan primer (primary agents of interest), terutama
pelanggan, pesaing, pemegang saham, pemasok, penyalur, dan serikat buruh. Dalam
menghadapi agen-agen tersebut, ada peluang terjadinya ambiguitas etis dalam
hampir setiap aktivitas periklanan, laporan keuangan, pemesanan dan pembelian,
tawar menawar dan perundingan, dan hubungan bisnis lainnya.
2.1.3 Menilai Perilaku Etis
Model
penerapan penilaian etis terhadap situasi bisnis merekomendasika tiga langkah
berikut :
1. Pengumpulan informasi faktual yang
relevan
2. Peninjauan fakta untuk menentukan
nilai moral paling sesuai
3. Penyusunan penilaian etis
berdasarkan benar salahnya kegiatan atau kebijakan yang diusulkan.
Adapula
norma dan persoalan yang ditimbulkan serta bisa mempengaruhi situasi apapun :
1. Kegunaan (utility)
2. Hak (rights)
3. Keadilan (justice)
4. Kepedulian (caring)
2.1.4 Praktek-Praktek Perusahaan dan Etika Bisnis
Banyak perusahaan yang mengambil langkah untuk mendorong
perilaku etis di lingkungan kerja. Di antaranya, menetapkan aturan main dalam
menjalankan dan mengembangkan posisi etis yang jelas mengenai cara perusahaan
dan karyawan menjalankan bisnisnya. Barangkali langkah tunggal paling efektif
yang juga dapat diambil perusahaan adalah memperlihatkan dukungan manajemen
puncak terhadap tindakan yang etis.
Selain itu
untuk mempromosikan sikap jujur dan terbuka, perusahaan dapat juga mengambil
langkah-langkah spesifik untuk memformalisasikan komitmen mereka, yaitu dengan
cara :
1.
Menerapkan kode etik tertulis
2.
Memberlakukan program etika
2.2 TANGGUNG
JAWAB SOSIAL (CSR)
Etika
mempengaruhi individu dalam lingkungan kerja. Tanggung jawab sosial merupakan usaha suatu bisnis menyeimbangkan
komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungannya, yang meliputi
konsumen, bisnis lain, karyawan, investor, dan komunitas lokal. Kelompok dan
individu itu sering kali disebut sebagai pihak
yang berkepentingan dalam organisasi : Mereka adalah kelompok, orang , dan
organisasi yang dipengaruhi langsung oleh praktek-praktek suatu organisasi, dan
dengan demikian, berkepentingan terhadap kinerja organisasi itu. Pihak-pihak
utama yang berkepentingan dalam korporasi antara lain : Karyawan, Investor,
Pemasok, Pelanggan, dan Komunitas Lokal.
2.2.1 Model Tanggung Jawab terhadap Pihak yang Berkepentingan
Sebagian
besar korporasi yang berusaha untuk bertanggung jawab kepada pihak yang
berkepentingan atas mereka, berfokus pada lima kelompok utama :
1.
Pelanggan
Bisnis
yang bertanggung jawab terhadap pelanggan mereka berusaha melayani pelanggan
secara wajar dan jujur. Mereka juga mencari cara untuk menetapkan harga secara
wajar, menghargai garansi, memenuhi komitmen pengiriman pesanan, dan
mempertahankan kualitas produk yang mereka jual.
2.
Karyawan
Bisnis
yang bertanggung jawab secara sosial terhadap pekerjanya memperlakukan karyawan
dengan adil, menganggap pekerja sebagai bagian dari tim, dan menghormati harga
diri dan kebutuhan dasar manusia mereka.
3.
Investor
Untuk
mempertahankan sikap mental dan tanggung jawab sosial terhadap para investor,
para manajer harus mengikuti prosedur akuntansi yang pantas, memberikan
informasi yang tepat kepada pihak berkepentingan mengenai kinerja keungangan
perusahaan, dan mengelola perusahaan untuk melindungi hak-hak dan investasi
para pemegang saham.
4.
Pemasok
Hubungan
dengan pemasok harus dikelola dengan hati-hati. Oleh karena itu, penting
membuat perjanjian yang saling menguntungkan dengan pemasoknya.
5.
Komunitas lokal
Sebagian
besar bisnis berusaha untuk bertanggung jawab secara sosial kepada komunitas
lokal mereka, seperti memberikan sumbangan program-program lokal.
2.2.2 Kesadaran Sosial Masa Kini
Sikap
terhadap tanggung jawab sosial terus berkembang. Abad kesembilan belas yang
lalu, walaupun diwarnai oleh semangat wirausaha dan filosofi laissez-faire,
juga menonjolkan percekcokan tenaga kerja dan praktik bisnis yang ganas.
Keprihatinan tentang aktivitas bisnis yang tak terkendali segera melahirkan
undang-undang yang mengatur praktik bisnis.
Pada
tahun 1930-an, banyak orang menganggap kegagalan bisnis dan bank serta
kehilangan pekerjaan dimana-mana, terjadi akibat iklim umum, ketamakan bisnis,
dan kurangnya aturan. Di luar kekacauan ekonomi 1930-an, ketika kerakusan
dianggap sebagai penyebab kegagalan bisnis dan kehilangan pekerjaan, muncul
undang-undang baru yang melindungi dan meningkatkan kesejahteraan sosial.
Selama
tahun 1960-an dan 1970-an, aktivis mendorong semakin banyaknya peraturan
pemerintah di berbagai bidang bisnis. Sikap dewasa ini menekankan peran sosial
yang lebih besar bagi bisnis. Barangkali globalisasi dan gerakan lingkungan
hidup telah membuat bisnis lebih peka terhadap tanggung jawab sosial mereka.
Pandangan
ini, digabungkan dengan kesejahteraan ekonomi tahun 1980-an dan 1990-an,
menandai kembalinya laissez-faire, tetapi epidemik skandal korporasi sekarang
ini mengancam kembalinya era 1930-an yang menuntut lebih banyak aturan dan
pengawasan.
2.3 BIDANG
TANGGUNG JAWAB SOSIAL
Sewaktu
mendefinisikan rasa tanggung jawab sosialnya, perusahaan biasanya menghadapi
empat hal yang harus dipertimbangkan :
2.3.1
Tanggung jawab terhadap lingkungan
Polusi merupakan tantangan besar
dalam bisnis kontemporer. Polusi adalah
masuknya zat-zat berbahaya ke dalam lingkungan.
Berikut adalah masalah polusi yang perlu dicari penyelesaiannya baik
oleh pemerintah maupun dunia usaha :
o
Polusi udara
Terjadi apabila beberapa faktor
bergabung bersama sehingga menurunkan kualitas udara. Seperti yang diakibatkan
oleh asap kendaraan. Peraturan berupaya mengatur polusi udara dimana perusahaan
diharuskan memasang alat khusus untuk membatasi polutan yang mereka hasilkan.
o
Polusi air
Air terkena polusi terutama akibat
pembuangan bahan-bahan kimia dan sampah. Selama bertahun-tahun, bisnis maupun
kota membuang sampahnya ke dalam sungai, hulu sungai, dan danau tanpa
mempertimbangkan konsekuensinya.
Berkat undang-undang yang baru dan meningkatnya kepedulian,
kualitas air di berbagai daerah di Amerika Serikat membaik.
o
Polusi tanah
Terdapat dua masalah dalam polusi
tanah. Yang pertama, adalah bagaimana mengembalikan kualiltas tanah yang telah
rusak, karena kita tetap perlu menggunakannya. Yang kedua adalah bagaimana cara
mencegah terjadinya kontaminasi di masa mendatang. Salah satu penyelesaiannya
adalah dengan memisahkan limbah-limbah yang ada, kemudian memanfaatkannya.
Masalah kontroversial yang utama dalam polusi tanah adalah pembuangan limbah
beracun. Limbah beracun merupakan produk sampingan berbahaya dari
proses manufaktur yang mengandung zat-zat kimia dan/ atau radioaktif. Sesuai
sifatnya, limbah beracun tidak dapat dihancurkan dan tidak dapat diproses
menjadi material yang tidak berbahaya. Disamping itu, daur ulang juga merupakan
bidang kontroversi lainnya dalam polusi tanah. Daur Ulang adalah pengubahan sampah menjadi produk-produk yang
berguna. Banyak komunitas lokal aktif mendukung berbagai program daur ulang
termasuk membedakan pembuangan sampah aluminium, plastik, gelas, dan kertas
pulp. Namun kepedulian dan minat konsumen dalam bidang itu meningkkat pada saat
tertentu dibandingkan pada saat yang lain.
2.3.2
Tanggung jawab terhadap pelanggan
Perusahaan yang tidak bertanggung
jawab terhadap pelanggannya akan kehilangan kepercayaan dan akhirnya akan
kehilangan bisnis. Selain itu, pemerintah secara aktif mengawasi apa yang dapat
dan apa yang tidak dapat dilakukan oleh bisnis-bisnis sehubungan dengan
konsumennya. Praktik bisnis yang tidak etis dan tidak bertanggung jawab
terhadap pelanggannya dapat dikenakan denda dan hukuman dari pemerintah.
Tanggung jawab sosial terhadap konsumen pada umumnya terbagi atas dua kategori
: menyediakan produk-produk berkualitas dan menetapkan harga-harga secara adil.
Hak Konsumen
Banyaknya perhatian bisnis terhadap
tanggung jawab kepada konsumen saat ini dapat ditelusuri dari peningkatan konsumerisme, yaitu aktivitas sosial
yang ditujukan untuk melindungi hak-hak konsumen dalam persetujuan ( jual-beli
) dengan dunia bisnis. Pada awal tahun
1960-an, Presiden John F. Kennedy mengidentifikasikan empat hak dasar konsumen
yang juga didukung oleh sejumlah undang-undang federal dan negara bagian, yaitu
:
·
Konsumen memiliki hak atas produk yang aman.
·
Konsumen mempunyai hak mengetahui seluruh aspek yang
berkaitan dengan suatu produk.
·
Konsumen mempunyai hak untuk didengar.
·
Konsumen memiliki hak untuk memilih apa yang mereka beli.
·
Konsumen mempunyai hak untuk mendapatkan informasi dalam hal
pembelian.
·
Konsumen memiliki hak untuk mendapatkan layanan yang ramah.
Penetapan Harga yang Tidak Wajar
Mencampuri
persaingan dapat juga menjadi praktik penetapan harga yang ilegal. Salah
satunya adalah Kolusi. Kolusi
terjadi apabila dua atau lebih perusahaan sepakat untuk bekerja sama dalam
tindakan yang salah seperti kolaborasi penetapan harga ( price fixing ). Pada
beberapa kondisi, perusahaan juga bisa dituntut karena melakukan eksploitasi harga ( price gouging ),
yaitu menaikkan harga sangat tinggi ( dan kadang tidak beralasan ) untuk
mengikuti meningkatnya permintaan.
Etika Dalam Periklanan
Karena adanya potensi salah dalam
interpretasi dalam kata dan ungkapan, maka produsen makanan ( misalnya ) saat
ini diminta menggunakan format standar dalam memberikan informasi bahan-bahan
yang terkandung dalam kemasan produk. Beberapa iklan juga diatur dalam undang-undang,
karena beberapa konsumen menganggap iklan tersebut tidak dapat diterima secara
moral. Antara lain pakaian dalam, kondom, alkohol, produk tembakau, dan senjata
api.
2.3.3
Tanggung jawab terhadap karyawan
o
Komitmen hukum dan sosial
Perilaku tanggung jawab secara
sosial terhadap para karyawan memiliki komponen hukum dan sosial. Menurut
peraturan, bisnis tidak dapat mempraktekkan berbagai bentuk diskriminasi ilegal
terhadap orang-orang dalam setiap segi hubungan kerja.
o
Komitmen etis : Kasus Khusus Para Pengadu (Whistle-Blower)
Seorang karyawan yang mendeteksi dan
berusaha mengakhiri tindakan perusahaan yang tidak etis, tidak legal, atau
tidak memiliki tanggung jawab sosial dengan cara mempublikasikannya
(whistle-blower).
2.3.4
Tanggung Jawab Terhadap Penanam Modal
o
Manajemen finansial yang tidak wajar
Organisasi dan manajer bisa merasa
bersalah karena kesalahan manajemen keuangan, pelanggaran yang tidak etis namun
tidak selalu ilegal. Dalam situasi tersebut, para kreditor sering tidak dapat
berbuat banyak dan para pemegang saham memiliki sedikit pilihan.
o
Cek kosong
Yaitu, praktek ilegal yang
menuliskan cek yang uangnya belum dikreditkan pada bank sewaktu cek tersebut
dicairkan.
o
Insider trading
Yaitu, praktik ilegal dengan
menggunakan informasi rahasia perusahaan untuk mendapatkan keuntungan pribadi.
2.4 MENGIMPLEMENTASIKAN
PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL
2.4.1 Pendekatan Tanggung Jawab Sosial
Bisnis
dapat mengambil satu dari empat sikap yang menyangkut dengan kewajiban
sosialnya terhadap masyarakat, diantaranya :
§ Sikap Obstruktif
Yaitu, pendekatan terhadap tanggung
jawab sosial yang melibatkan tindakan seminimal mungkin dan mungkin melibatkan
usaha-usaha menolak atau menutupi pelanggaran yang dilakukan.
§ Sikap defensif
Yaitu, pendekatan tanggung jawab
sosial yang ditandai dengan perusahaan hanya memenuhi persyaratan hukum secara
minimum atas komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungan
sosialnya.
§ Sikap akomodatif
Yaitu, pendekatan tanggung jawab
sosial yang diterapkan suatu perusahaan, dengan melakukannya, apabila diminta,
melebihi persyaratan hukum minimum dalam komitmennya terhadap kelompok dan
individu dalam lingkungan sosialnya.
§ Sikap proaktif
Yaitu, pendekatan tanggung jawab
sosial yang diterapkan suatu perusahaan, yaitu secara aktif mencari peluang
untuk memberikan sumbangan demi kesejahteraan kelompok dan individu dalam
lingkungan sosialnya.
2.4.2 Mengelola Program Tanggung Jawab Sosial
Sebuah
model mengemukakan pendekatan empat langkah untuk mendorong rasa tanggung jawab
sosial di seluruh perusahaan :
1.
Tanggung jawab sosial harus dimulai dari atas dan dianggap
sebagai satu faktor utama dalam perencanaan strategis.
2.
Komite manajer puncak harus mengembangkan rencana yang
merinci level dukungan manajemen.
3.
Seorang eksekutif harus diberi tanggung jawab atas agenda
perusahaan.
4.
Organisasi harus melaksanakan audit sosial: analisis
sistematis mengenai keberhasilan perusahaan menggunakan dana yang telah
ditetapkan untuk tujuan tanggung jawab sosial.
2.5 TANGGUNG
JAWAB SOSIAL DAN BISNIS KECIL
Bagi para pelaku bisnis kecil, isu etika adalah persoalan
tentang etika individual. Tetapi, dalam pertanyaan tentang tanggung jawab
sosial, mereka harus menanyakan diri sendiri apakah mereka dapat menghasilkan
suatu agenda sosial. Mereka harus juga menyadari bahwa para manajer di semua
organisasi menghadapi isu etika dan tanggung jawab sosial. Satu kunci
keberhasilan bisnis adalah memutuskan sejak awal cara menanggapi permasalahan
yang mendasari pertanyaan-pertanyaan etika dan tanggung jawab sosial.
BAB III
PENUTUP
Demikian
makalah Bisnis Pengantar tentang “Menjalankan Bisnis Secara Etis dan
Bertanggung Jawab” ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan
kurang lebih dalam penulisan atau penyusunan, mohon dimaklumi.
3.1 Kesimpulan
Etika bisnis merupakan suatu kode
etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan
tuntunan dan pedoman berperilaku dalam menjalankan kegiatan perusahaaan atau
berusaha. Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis disini adalah cara-cara
untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan
dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.
Suatu etika dalam berbisnis sangat
mutlak untuk di lakukan agar tidak adanya pebisnis lain yang tidak merasa dirugikan.
Maju mundurnya bisnis yang dilakukan tergantung si pelaku bisnis tersebut untuk
memajukan bisnisnya. Dengan menjunjung etika kita bisa membuat meningkatkan
kepercayaan pelanggan, serta kemajuan dari bisnis yang kita dirikan. Jadi kalau
bisnis kita ingin lebih maju dan terus ke depannya kita harus menjunjung tinggi
nilai etika dalam berbisnis maupun etika dimanapun.
Haruslah diyakini bahwa pada
dasarnya praktek etika perusahaan akan selalu menguntungkan perusahaan untuk
jangka menengah maupun jangka panjang karena :
1. Akan
dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi baik
intern perusahaan maupun dengan eksternal.
2. Akan
dapat meningkatkan motivasi pekerja.
3. Akan
melindungi prinsip kebebasan ber-niaga.
4. Akan
meningkatkan keunggulan bersaing.
Tindakan
yang tidak etis, bagi perusahaan akan memancing tindakan balasan dari konsumen
dan masyarakat dan akan sangat kontra produktif, misalnya melalui gerakan
pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi. Hal ini akan dapat
menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang
menjunjung tinggi nilai-nilai etika pada umumnya perusahaan yang memiliki
peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak
mentolerir tindakan yany tidak etis misalnya diskriminasi dalam sistem
remunerasi atau jenjang karier. Karyawan yang berkualitas adalah aset yang
paling berharga bagi perusahaan. Oleh karena itu semaksimal mungkin harus tetap
dipertahankan.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Ricky W. Griffin, Ronald J. Ebert. 2006.
Bisnis Edisi Kedelapan Jilid 1, Erlangga : Jakarta.
Makalah sangat membantu dalam pembangunan website saya,..
BalasHapusterimakasih sdr riska