Page

Selasa, 23 Agustus 2016

MENJALANKAN BISNIS SECARA ETIS DAN BERTANGGUNG JAWAB



MAKALAH
BISNIS PENGANTAR

MENJALANKAN BISNIS SECARA ETIS DAN BERTANGGUNG JAWAB


DISUSUN OLEH:
M. IRFAN HARI SISWANTO (15830063)
RISKA YANTY (15830074)
KELOMPOK 9
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
PROGRAM STUDI KEUANGAN SYARI’AH
2015
BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Sejalan dengan perkembangan jaman yang semakin maju serta laju perekonomian dunia yang semakin cepat, dan diberlakukannya sistem perdagangan bebas sehingga batas kita dan batas dunia akan semakin "kabur". Hal ini jelas membuat semua kegiatan saling berpacu satu sama lain untuk mendapatkan kesempatan dan keuntungan. Kadangkala untuk mendapatkan kesempatan dan keuntungan tadi, memaksa orang untuk menghalalkan segala cara mengindahkan ada pihak yang dirugikan atau tidak. Dengan kondisi seperti ini, pelaku bisnis kita jelas akan semakin berpacu dengan waktu serta negara-negara lainnya agar terwujud suatu tatanan perekonomian yang saling menguntungkan. Namun perlu kita pertanyakan bagaimana jadinya jika pelaku bisnis dihinggapi kehendak saling "menindas" agar memperoleh tingkat keuntungan yang berlipat ganda. Inilah yang merupakan tantangan bagi etika bisnis.
Banyak lembaga bisnis yang menggunakan segala cara untuk memenangkan persaingan oleh karena itu, diharapkan manajer dapat menjalankan bisnis yang memenuhi syarat dalam etika bisnis, baik secara moral maupun norma masyarakat. Organisasi sebagai suatu sistem juga diharapkan dapat memiliki tanggung jawab sosial terhadap masyarakat.
Berita yang menggembirakan dari kalangan dunia usaha dewasa ini adalah semakin banyaknya jumlah organisasi yang menciptakan jabatan-jabatan baru yang berkaitan dengan lingkungan dalam jajaran pimpinan puncak mereka. Yang menjadi pusat perhatian para pimpinan tersebut adalah segala kegiatan perusahaan, dari program daur ulang yang dilakukan sampai ke kebijaksanaan jangka panjang perusahaan terhadap lingkungan. Ini semua menuntut keterampilan dari manajer ditambah kemampuan mereka dalam mengatasi berbagai macam isu tentang peraturan dan hal-hal teknis yang berkaitan dengan lingkungan. Kemampuan melakukan diplomasi juga akan sangat membantu karena mereka juga berbicara atas nama lingkungan alam, dan rakyat, dalam berbagai forum eksekutif. Pada perusahaan DuPont, misalnya, setiap tahun dilakukan penilaian terhadap para line manajer tentang seberapa baik mereka mengelola tanggung jawab yang berkaitan dengan lingkungan.    
Namun di sisi lain, muncul berita yang kurang menggembirakan, yakni bahwa tidak semua laporan tentang dunia usaha seperti yang sudah dibahas di muka. Sebagai contoh beberapa eksekutif Beech-Nut mendekam dalam penjara karena perusahaan tersebut menjual apple juice palsu. Juice yang berlabel “100% fruit juice” tersebut ternyata campuran dari bahan-bahan sintetis. Tidakkah anda merasa khawatir akan apa yang terjadi di dalam masyarakat seandainya tindakan semacam itu sudah menjadi kebiasaan? Seharusnya kita bertanya “bukankah ini saat bagi kita untuk mulai serius tentang aspek moral dan dampak sosial dari pengambilan keputusan dalam perusahaan?” jawabannya tentu saja adalah ya. Yang menjadi pusat dari pembahasan ini adalah tanggung jawab manajer dalam membanru pihak lain untuk mencapai kinerja yang tinggi namun dengan sekaligus juga selalu bertindak melalui cara-cara yang etis dan bertanggung-jawab.
Contoh kasus dalam dilema manajer, Salah satu ketakutan paling besar dalam usaha jasa makanan adalah bila ada salah seorang pekerja ada yang menularkan penyakitnya, seperti hepatitis A yang kita ketahui adalah virus yang sangat mudah menular yang ditularkan melalui makanan, penggunaan peralatan obat dengan seorang yang telah terinfeksi bersama-sama, ke dalam makanan produksi mereka. Para manajer dan pemilik jasa makanan setempat mengkhawatirkan apa yang dapat dilakukan jika suatu kasus hepatitis menimpa usaha mereka, baik dalam jangka panjang maupun dalam jangka pendek. Dan kekhawatiran itu menjadi kenyataan bagi salah satu usaha jasa makanan setempat. Bob Mericle, pemilik restoran Wafle House di Springfield, Missouri, dihadapkan pada sebuah dilema berat, didapati salah satu juru masak di restorannya mungkin telah menularkan hepatitis A-nya kepada 350 orang selama periode 5 hari. Tuan Mericle harus mengambil keputusan. Haruskah ia mengumumkan informasi itu atau haruskah ia melaporkannya ke departemen kesehatan sebagaimana diminta ? Menghadapi dilema sulit seperti harus atau tidak harus mengumumkan penyakit menular hanyalah salah satu contoh jenis-jenis masalah tanggung jawab etis dan social yang boleh jadi harus dihadapi oleh para manajer sewaktu mereka merencana, mengorganisasi, memimpin, dan mengendalikan. Sewaktu para manajer dan organisasi menjalankan usaha mereka, faktor-faktor sosial dapat dan memang mempengaruhi tindakan-tindakan mereka.
1.2    Perumusan Masalah
Dari latar belakang diatas dapat diketahui rumusan masalahnya, yaitu :
1.   Bagaimana etika dalam lingkungan kerja ?
2.   Bagaimana tanggung jawab sosial dalam perusahaan ?
3.   Bagaimana mengimplementasikan program tanggung jawab sosial ?
1.3  Tujuan
            Tujuan dari pembelajaran ini adalah :
Ø  Menjelaskan cara para individu mmengembangkan kode etik pribadinya dan mengapa etika penting dalam lingkungan kerja.
Ø  Membedakan tanggung jawab sosial dengan etika, mengidentifikasikan pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi, dan menunjukkan ciri kepedulian sosial dewasa ini.
Ø  Memperlihatkan penerapan konsep tanggung jawab sosial pada masalah-masalah lingkungan dan pada hubungan perusahaan dengan para konsumen, karyawan, dan investor.
Ø  Mengidentifikasi empat pendekatan umum tanggung jawab sosial dan menjelaskan empat tahap yang harus diambil perusahaan untuk mengimplementasikan program tanggung jawab sosial ( CSR ).
Ø  Menjelaskan pengaruh masalah-masalah tanggung jawab sosial dan etika terhadap bisnis berskala kecil.






BAB II
PEMBAHASAN

2.1       ETIKA DALAM LINGKUNGAN KERJA
Etika sendiri merupakan tuntutan mengenai perilaku, sikap dan tindakan yang diakui, sehubungan suatu jenis kegiatan manusia mengenai baik dan buruknya serta dapat mempengaruhi hal-hal lainnya.
Dengan kata lain, Perilaku etis merupakan perilaku yang mencerminkan keyakinan perseorangan dan norma-norma sosial yang diterima secara umum sehubungan dengan tindakan-tindakan yang benar dan baik. Sedangkan Perilaku tidak etis sendiri adalah perilaku yang menurut keyakinan perseorangan dan norma-norma sosial dianggap salah atau buruk.
Etika bisnis merupakan penerapan tanggung jawab sosial suatu bisnis yang timbul dari dalam perusahaan itu sendiri. Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat. Kesemuanya ini mencakup bagaimana kita menjalankan bisnis secara adil (fairness), sesuai dengan hukum yang berlaku (legal), tidak tergantung pada kedudukan individu ataupun perusahaan di masyarakat.
Etika bisnis lebih luas dari ketentuan yang diatur oleh hukum, bahkan merupakan standar yang lebih tinggi dibandingkan standar minimal ketentuan hukum, karena dalam kegiatan bisnis seringkali kita temukan transaksi dan kegiatan yang tidak diatur oleh ketentuan hukum.


2.1.1    Etika Individual
Etika dapat bervariasi dari satu orang ke lainnya. Disini individu dapat mengembangkan kode etik pribadi yang mencerminkan beragam sikap dan keyakinan, dimana hal ini ditentukan oleh individu dan sebagian ditentukan oleh budaya. Adapula contoh yang sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Sesungguhnya setiap orang sepakat bahwa jika melihat seseorang menjatuhkan uang, Anda akan bertindak etis dengan mengembalikannya kepada si pemilik. Akan tetapi Anda tidak dapat seyakin itu kalau menemukan uang dan tidak tahu siapa yang menjatuhkannya ? haruskah Anda menyerahkannya ke bagian kehilangan barang ? atau karena pemiliknya tidak mungkin mengklaimnya, dapatkah anda menyimpannya ?
Ambiguitas, Hukum dan Dunia Nyata
Pada umumnya masyarakat menerapkan undang-undang formal yang mencerminkan standar etis atau norma sosial yang berlaku. Kita berupaya membuat undang-undang yang tidak bersifat ambigu, namun penafsiran dan penerapannya dapat menyebabkan ambiguitas. Situasi dunia nyata sering dapat ditafsirkan berbeda, dan menerapkan aturan baku ke dunia nyata tidak selalu mudah.
Kode dan Nilai Individu
Kode etik pribadi masing-masing orang di tentukan oleh kombinasi sejumlah faktor, salah satunya adalah pembentukan standar etis. Kita membentuk standar etis sebagai seorang anak sebagai tanggapan kita atas perlaku orang tua dan orang dewasa lainnya. Kemudian kita masuk sekolah dimana kita dipengaruhi teman-teman sekolah, dan ketika tumbuh menjadi dewasa, pengalamanlah yang membentuk kita.



2.1.2    Etika Bisnis dan Etika Manajerial
Etika Manajerial merupakan standar perilaku yang memandu manajer dalam pekerjaannya.
Terdapat tiga kategori luas dan cara etika manajerial dapat mempengaruhi kerja orang:
1.      Perilaku terhadap Karyawan
Kategori ini meliputi materi seperti merekrut dan memecat, menentukan kondisi upah kerja, serta memberikan privasi dan respek.
2.      Perilaku terhadap Organisasi
Isu etis juga muncul dari perilaku karyawan terhadap majikannya, khususnya dalam kasus seperti konflik kepentingan, kerahasiaan, dan kejujuran. Konflik kepentingan terjadi ketika suatu aktivitas bisa menguntungkan individu dengan merugikan pihak majikannya. Masalah yang relatif umum di bidang kejujuran umumnya mencakup perilaku seperti mencuri pasokan, menggelembungkan laporan biaya, dan menggunakan telepon kantor untuk kepentingan pribadi.
3.      Perilaku terhadap agen ekonomi lainnya
Etika juga tampil dalam hubungan antara perusahaan dan karyawannya dengan apa yang disebut agen kepentingan primer (primary agents of interest), terutama pelanggan, pesaing, pemegang saham, pemasok, penyalur, dan serikat buruh. Dalam menghadapi agen-agen tersebut, ada peluang terjadinya ambiguitas etis dalam hampir setiap aktivitas periklanan, laporan keuangan, pemesanan dan pembelian, tawar menawar dan perundingan, dan hubungan bisnis lainnya.



2.1.3    Menilai Perilaku Etis
Model penerapan penilaian etis terhadap situasi bisnis merekomendasika tiga langkah berikut :
1.      Pengumpulan informasi faktual yang relevan
2.      Peninjauan fakta untuk menentukan nilai moral paling sesuai
3.      Penyusunan penilaian etis berdasarkan benar salahnya kegiatan atau kebijakan yang diusulkan.
Adapula norma dan persoalan yang ditimbulkan serta bisa mempengaruhi situasi apapun :
1.      Kegunaan (utility)
2.      Hak (rights)
3.      Keadilan (justice)
4.      Kepedulian (caring)

2.1.4    Praktek-Praktek Perusahaan dan Etika Bisnis
Banyak perusahaan yang mengambil langkah untuk mendorong perilaku etis di lingkungan kerja. Di antaranya, menetapkan aturan main dalam menjalankan dan mengembangkan posisi etis yang jelas mengenai cara perusahaan dan karyawan menjalankan bisnisnya. Barangkali langkah tunggal paling efektif yang juga dapat diambil perusahaan adalah memperlihatkan dukungan manajemen puncak terhadap tindakan yang etis.
Selain itu untuk mempromosikan sikap jujur dan terbuka, perusahaan dapat juga mengambil langkah-langkah spesifik untuk memformalisasikan komitmen mereka, yaitu dengan cara :

1.      Menerapkan kode etik tertulis
2.      Memberlakukan program etika

2.2       TANGGUNG JAWAB SOSIAL (CSR)
Etika mempengaruhi individu dalam lingkungan kerja. Tanggung jawab sosial merupakan usaha suatu bisnis menyeimbangkan komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungannya, yang meliputi konsumen, bisnis lain, karyawan, investor, dan komunitas lokal. Kelompok dan individu itu sering kali disebut sebagai pihak yang berkepentingan dalam organisasi : Mereka adalah kelompok, orang , dan organisasi yang dipengaruhi langsung oleh praktek-praktek suatu organisasi, dan dengan demikian, berkepentingan terhadap kinerja organisasi itu. Pihak-pihak utama yang berkepentingan dalam korporasi antara lain : Karyawan, Investor, Pemasok, Pelanggan, dan Komunitas Lokal.

2.2.1    Model Tanggung Jawab terhadap Pihak yang Berkepentingan
Sebagian besar korporasi yang berusaha untuk bertanggung jawab kepada pihak yang berkepentingan atas mereka, berfokus pada lima kelompok utama :
1.      Pelanggan
Bisnis yang bertanggung jawab terhadap pelanggan mereka berusaha melayani pelanggan secara wajar dan jujur. Mereka juga mencari cara untuk menetapkan harga secara wajar, menghargai garansi, memenuhi komitmen pengiriman pesanan, dan mempertahankan kualitas produk yang mereka jual.



2.      Karyawan
Bisnis yang bertanggung jawab secara sosial terhadap pekerjanya memperlakukan karyawan dengan adil, menganggap pekerja sebagai bagian dari tim, dan menghormati harga diri dan kebutuhan dasar manusia mereka.
3.      Investor
Untuk mempertahankan sikap mental dan tanggung jawab sosial terhadap para investor, para manajer harus mengikuti prosedur akuntansi yang pantas, memberikan informasi yang tepat kepada pihak berkepentingan mengenai kinerja keungangan perusahaan, dan mengelola perusahaan untuk melindungi hak-hak dan investasi para pemegang saham.
4.      Pemasok
Hubungan dengan pemasok harus dikelola dengan hati-hati. Oleh karena itu, penting membuat perjanjian yang saling menguntungkan dengan pemasoknya.
5.      Komunitas lokal
Sebagian besar bisnis berusaha untuk bertanggung jawab secara sosial kepada komunitas lokal mereka, seperti memberikan sumbangan program-program lokal.

2.2.2    Kesadaran Sosial Masa Kini
Sikap terhadap tanggung jawab sosial terus berkembang. Abad kesembilan belas yang lalu, walaupun diwarnai oleh semangat wirausaha dan filosofi laissez-faire, juga menonjolkan percekcokan tenaga kerja dan praktik bisnis yang ganas. Keprihatinan tentang aktivitas bisnis yang tak terkendali segera melahirkan undang-undang yang mengatur praktik bisnis.
Pada tahun 1930-an, banyak orang menganggap kegagalan bisnis dan bank serta kehilangan pekerjaan dimana-mana, terjadi akibat iklim umum, ketamakan bisnis, dan kurangnya aturan. Di luar kekacauan ekonomi 1930-an, ketika kerakusan dianggap sebagai penyebab kegagalan bisnis dan kehilangan pekerjaan, muncul undang-undang baru yang melindungi dan meningkatkan kesejahteraan sosial.
Selama tahun 1960-an dan 1970-an, aktivis mendorong semakin banyaknya peraturan pemerintah di berbagai bidang bisnis. Sikap dewasa ini menekankan peran sosial yang lebih besar bagi bisnis. Barangkali globalisasi dan gerakan lingkungan hidup telah membuat bisnis lebih peka terhadap tanggung jawab sosial mereka.
Pandangan ini, digabungkan dengan kesejahteraan ekonomi tahun 1980-an dan 1990-an, menandai kembalinya laissez-faire, tetapi epidemik skandal korporasi sekarang ini mengancam kembalinya era 1930-an yang menuntut lebih banyak aturan dan pengawasan.

2.3       BIDANG TANGGUNG JAWAB SOSIAL
Sewaktu mendefinisikan rasa tanggung jawab sosialnya, perusahaan biasanya menghadapi empat hal yang harus dipertimbangkan :

2.3.1        Tanggung jawab terhadap lingkungan
Polusi merupakan tantangan besar dalam bisnis kontemporer. Polusi adalah masuknya zat-zat berbahaya ke dalam lingkungan.  Berikut adalah masalah polusi yang perlu dicari penyelesaiannya baik oleh pemerintah maupun dunia usaha :
o   Polusi udara
Terjadi apabila beberapa faktor bergabung bersama sehingga menurunkan kualitas udara. Seperti yang diakibatkan oleh asap kendaraan. Peraturan berupaya mengatur polusi udara dimana perusahaan diharuskan memasang alat khusus untuk membatasi polutan yang mereka hasilkan.

o   Polusi air
Air terkena polusi terutama akibat pembuangan bahan-bahan kimia dan sampah. Selama bertahun-tahun, bisnis maupun kota membuang sampahnya ke dalam sungai, hulu sungai, dan danau tanpa mempertimbangkan konsekuensinya.
Berkat undang-undang yang baru dan meningkatnya kepedulian, kualitas air di berbagai daerah di Amerika Serikat membaik.
o   Polusi tanah
Terdapat dua masalah dalam polusi tanah. Yang pertama, adalah bagaimana mengembalikan kualiltas tanah yang telah rusak, karena kita tetap perlu menggunakannya. Yang kedua adalah bagaimana cara mencegah terjadinya kontaminasi di masa mendatang. Salah satu penyelesaiannya adalah dengan memisahkan limbah-limbah yang ada, kemudian memanfaatkannya. Masalah kontroversial yang utama dalam polusi tanah adalah pembuangan limbah beracun. Limbah beracun  merupakan produk sampingan berbahaya dari proses manufaktur yang mengandung zat-zat kimia dan/ atau radioaktif. Sesuai sifatnya, limbah beracun tidak dapat dihancurkan dan tidak dapat diproses menjadi material yang tidak berbahaya. Disamping itu, daur ulang juga merupakan bidang kontroversi lainnya dalam polusi tanah. Daur Ulang adalah pengubahan sampah menjadi produk-produk yang berguna. Banyak komunitas lokal aktif mendukung berbagai program daur ulang termasuk membedakan pembuangan sampah aluminium, plastik, gelas, dan kertas pulp. Namun kepedulian dan minat konsumen dalam bidang itu meningkkat pada saat tertentu dibandingkan pada saat yang lain.


2.3.2        Tanggung jawab terhadap pelanggan
Perusahaan yang tidak bertanggung jawab terhadap pelanggannya akan kehilangan kepercayaan dan akhirnya akan kehilangan bisnis. Selain itu, pemerintah secara aktif mengawasi apa yang dapat dan apa yang tidak dapat dilakukan oleh bisnis-bisnis sehubungan dengan konsumennya. Praktik bisnis yang tidak etis dan tidak bertanggung jawab terhadap pelanggannya dapat dikenakan denda dan hukuman dari pemerintah. Tanggung jawab sosial terhadap konsumen pada umumnya terbagi atas dua kategori : menyediakan produk-produk berkualitas dan menetapkan harga-harga secara adil.

Hak Konsumen
Banyaknya perhatian bisnis terhadap tanggung jawab kepada konsumen saat ini dapat ditelusuri dari peningkatan konsumerisme, yaitu aktivitas sosial yang ditujukan untuk melindungi hak-hak konsumen dalam persetujuan ( jual-beli ) dengan dunia bisnis. Pada  awal tahun 1960-an, Presiden John F. Kennedy mengidentifikasikan empat hak dasar konsumen yang juga didukung oleh sejumlah undang-undang federal dan negara bagian, yaitu :
·         Konsumen memiliki hak atas produk yang aman.
·         Konsumen mempunyai hak mengetahui seluruh aspek yang berkaitan dengan suatu produk.
·         Konsumen mempunyai hak untuk didengar.
·         Konsumen memiliki hak untuk memilih apa yang mereka beli.
·         Konsumen mempunyai hak untuk mendapatkan informasi dalam hal pembelian.
·         Konsumen memiliki hak untuk mendapatkan layanan yang ramah.

Penetapan Harga yang Tidak Wajar
Mencampuri persaingan dapat juga menjadi praktik penetapan harga yang ilegal. Salah satunya adalah Kolusi. Kolusi terjadi apabila dua atau lebih perusahaan sepakat untuk bekerja sama dalam tindakan yang salah seperti kolaborasi penetapan harga ( price fixing ). Pada beberapa kondisi, perusahaan juga bisa dituntut karena melakukan eksploitasi harga ( price gouging ), yaitu menaikkan harga sangat tinggi ( dan kadang tidak beralasan ) untuk mengikuti meningkatnya permintaan.

Etika Dalam Periklanan
Karena adanya potensi salah dalam interpretasi dalam kata dan ungkapan, maka produsen makanan ( misalnya ) saat ini diminta menggunakan format standar dalam memberikan informasi bahan-bahan yang terkandung dalam kemasan produk. Beberapa iklan juga diatur dalam undang-undang, karena beberapa konsumen menganggap iklan tersebut tidak dapat diterima secara moral. Antara lain pakaian dalam, kondom, alkohol, produk tembakau, dan senjata api.

2.3.3        Tanggung jawab terhadap karyawan
o   Komitmen hukum dan sosial
Perilaku tanggung jawab secara sosial terhadap para karyawan memiliki komponen hukum dan sosial. Menurut peraturan, bisnis tidak dapat mempraktekkan berbagai bentuk diskriminasi ilegal terhadap orang-orang dalam setiap segi hubungan kerja.


o   Komitmen etis : Kasus Khusus Para Pengadu (Whistle-Blower)
Seorang karyawan yang mendeteksi dan berusaha mengakhiri tindakan perusahaan yang tidak etis, tidak legal, atau tidak memiliki tanggung jawab sosial dengan cara mempublikasikannya (whistle-blower).
2.3.4        Tanggung Jawab Terhadap Penanam Modal
o   Manajemen finansial yang tidak wajar
Organisasi dan manajer bisa merasa bersalah karena kesalahan manajemen keuangan, pelanggaran yang tidak etis namun tidak selalu ilegal. Dalam situasi tersebut, para kreditor sering tidak dapat berbuat banyak dan para pemegang saham memiliki sedikit pilihan.
o   Cek kosong
Yaitu, praktek ilegal yang menuliskan cek yang uangnya belum dikreditkan pada bank sewaktu cek tersebut dicairkan.
o   Insider trading
Yaitu, praktik ilegal dengan menggunakan informasi rahasia perusahaan untuk mendapatkan keuntungan pribadi.

2.4       MENGIMPLEMENTASIKAN PROGRAM TANGGUNG JAWAB SOSIAL
2.4.1    Pendekatan Tanggung Jawab Sosial
Bisnis dapat mengambil satu dari empat sikap yang menyangkut dengan kewajiban sosialnya terhadap masyarakat, diantaranya :
§  Sikap Obstruktif
Yaitu, pendekatan terhadap tanggung jawab sosial yang melibatkan tindakan seminimal mungkin dan mungkin melibatkan usaha-usaha menolak atau menutupi pelanggaran yang dilakukan.
§  Sikap defensif
Yaitu, pendekatan tanggung jawab sosial yang ditandai dengan perusahaan hanya memenuhi persyaratan hukum secara minimum atas komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya.
§  Sikap akomodatif
Yaitu, pendekatan tanggung jawab sosial yang diterapkan suatu perusahaan, dengan melakukannya, apabila diminta, melebihi persyaratan hukum minimum dalam komitmennya terhadap kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya.
§  Sikap proaktif
Yaitu, pendekatan tanggung jawab sosial yang diterapkan suatu perusahaan, yaitu secara aktif mencari peluang untuk memberikan sumbangan demi kesejahteraan kelompok dan individu dalam lingkungan sosialnya.

2.4.2    Mengelola Program Tanggung Jawab Sosial
Sebuah model mengemukakan pendekatan empat langkah untuk mendorong rasa tanggung jawab sosial di seluruh perusahaan :
1.      Tanggung jawab sosial harus dimulai dari atas dan dianggap sebagai satu faktor utama dalam perencanaan strategis.
2.      Komite manajer puncak harus mengembangkan rencana yang merinci level dukungan manajemen.
3.      Seorang eksekutif harus diberi tanggung jawab atas agenda perusahaan.
4.      Organisasi harus melaksanakan audit sosial: analisis sistematis mengenai keberhasilan perusahaan menggunakan dana yang telah ditetapkan untuk tujuan tanggung jawab sosial.

2.5       TANGGUNG JAWAB SOSIAL DAN BISNIS KECIL
­­Bagi para pelaku bisnis kecil, isu etika adalah persoalan tentang etika individual. Tetapi, dalam pertanyaan tentang tanggung jawab sosial, mereka harus menanyakan diri sendiri apakah mereka dapat menghasilkan suatu agenda sosial­. Mereka harus juga menyadari bahwa para manajer di semua organisasi menghadapi isu etika dan tanggung jawab sosial. Satu kunci keberhasilan bisnis adalah memutuskan sejak awal cara menanggapi permasalahan yang mendasari pertanyaan-pertanyaan etika dan tanggung jawab sosial.



BAB III
PENUTUP

            Demikian makalah Bisnis Pengantar tentang “Menjalankan Bisnis Secara Etis dan Bertanggung Jawab” ini kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi kita semua. Dan kurang lebih dalam penulisan atau penyusunan, mohon dimaklumi.
3.1       Kesimpulan
Etika bisnis merupakan suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dan pedoman berperilaku dalam menjalankan kegiatan perusahaaan atau berusaha. Secara sederhana yang dimaksud dengan etika bisnis disini adalah cara-cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan, industri dan juga masyarakat.
Suatu etika dalam berbisnis sangat mutlak untuk di lakukan agar tidak adanya pebisnis lain yang tidak merasa dirugikan. Maju mundurnya bisnis yang dilakukan tergantung si pelaku bisnis tersebut untuk memajukan bisnisnya. Dengan menjunjung etika kita bisa membuat meningkatkan kepercayaan pelanggan, serta kemajuan dari bisnis yang kita dirikan. Jadi kalau bisnis kita ingin lebih maju dan terus ke depannya kita harus menjunjung tinggi nilai etika dalam berbisnis maupun etika dimanapun.
Haruslah diyakini bahwa pada dasarnya praktek etika perusahaan akan selalu menguntungkan perusahaan untuk jangka menengah maupun jangka panjang karena :
1.      Akan dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi baik intern perusahaan maupun dengan eksternal.
2.      Akan dapat meningkatkan motivasi pekerja.
3.      Akan melindungi prinsip kebebasan ber-niaga.         
4.      Akan meningkatkan keunggulan bersaing.

Tindakan yang tidak etis, bagi perusahaan akan memancing tindakan balasan dari konsumen dan masyarakat dan akan sangat kontra produktif, misalnya melalui gerakan pemboikotan, larangan beredar, larangan beroperasi. Hal ini akan dapat menurunkan nilai penjualan maupun nilai perusahaan. Sedangkan perusahaan yang menjunjung tinggi nilai-nilai etika pada umumnya perusahaan yang memiliki peringkat kepuasan bekerja yang tinggi pula, terutama apabila perusahaan tidak mentolerir tindakan yany tidak etis misalnya diskriminasi dalam sistem remunerasi atau jenjang karier. Karyawan yang berkualitas adalah aset yang paling berharga bagi perusahaan. Oleh karena itu semaksimal mungkin harus tetap dipertahankan.









DAFTAR PUSTAKA

Ø  Ricky W. Griffin, Ronald J. Ebert. 2006. Bisnis Edisi Kedelapan Jilid 1, Erlangga : Jakarta.

1 komentar:

  1. Makalah sangat membantu dalam pembangunan website saya,..
    terimakasih sdr riska

    BalasHapus